News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jelang Musorprov KONI, Olahraga Sumbar Kering Prestasi, Butuh Sosok Mapan dan Kuat "Materi", bukan Kedekatan dan Kroni

Jelang Musorprov KONI, Olahraga Sumbar Kering Prestasi, Butuh Sosok Mapan dan Kuat "Materi", bukan Kedekatan dan Kroni

KABUT masih menyelimuti penyelenggaraan Rakor dan Musorprov KONI Sumbar. Tak kunjung usai, masalah anggaran masih kusut masai. Dan, menjadi penyebab tak ada kepastian, masih tersangkut pendanaan

Tak ingin berlama lama larut dalam duka. Berbagai cabang olahraga terlunta, masih ada orang yang peduli. Bahkan, berani unjuk gigi, jika persoalan dana masih menjadi kendala, ia siap menanggulangi. Tak ada maksud apa apa, murni kecintaan terhadap olahraga

Baginya, jika ingin olahraga Sumbar maju dan kembali berprestasi, persoalan ini segera dipulihkan. Apalagi, menyangkut pembinaan atlit. Larut dalam permasalahan, berakibat pembinaan atlit terbengkalai dan prestasi susah dicapai

Ini yang mendasari Tommy Irawan Sandra, sosok pengusaha peduli olahraga, berani menyatakan siap menyelenggarakab Rakor dan Musorprov yang terkendala dana.

Bukan berambisi, baginya siapapun yang terpilih, siap mendukung dan bekerjasama. Dan, apa yang dilakukan semata untuk kelangsungan organisasi dan pembinaan atlit yang berkesinambungan

Beberapa Nama Mencuat

Perebutan kursi Ketua KONI Sumbar yang ditinggal Roni Pahlawan yang memastikan tak mau bertarung pada Musorprov pemilihan kepengurusan baru priode 2025 – 2029, mulai memanas. Beberapa nama sudah bermunculan untuk bertarung memperebutkan kursi orang nomor satu di KONI Sumbar itu. Bahkan, ‘lego sakandang’ menyertai perebutan kursi Ketua KONI

Sebelumnya, ada tiga nama yang mengapung, ikut bertarung, Defri Nasli, Hamdanus, Yohannes Wempi. Dua nama terakhir, sabiduak dengan Gubernur Sumbar dan sama sama mengaku sudah mendapat restu. Muncul juga nama Brigjen Khairul dan Tommy Irawan Sandra

Politik dan Olahraga

Sepertinya, mengurus olahraga, masih menjadi incaran politikus. Padahal, sejatinya olahraga dan politik, merupakan dua kutub yang berbeda. Olahraga, aktifitas fisik dan dapat dijadikan sebagai sebuah kompetisi dalam berbagai tingkatan, termasuk memberikan hiburan bagi pemain dan penonton.

Sementara politik, sebuah aktifitas yang identik dengan pemerintahan dan kekuasaan. Ternodanya olahraha dengan unsur politik dapat terlihat diberbagai tingkat cabang, organisasi maupun gelaran olahraga. Ya, intinya untuk memajukan olahraga harus ditanamkan jiwa sportifitas sejak dini. Dan, jauhkan politik praktis yang menciderai hakikat dari olahraga tersebut

Butuh Sosok Kuat Materi, Bukan Kedekatan dan Kroni

Menjalankan roda organisasi, tak terlepas dari uang. Memang ada dianggarkan di APBD untuk olahraga melalui induk olahraga KONI. Tapi kebutuhan olahraga tak sebanding dengan anggaran yang dikucurkan bakal menjadi persoalan. Diperparah proses panjang mencairkan anggaran, berakibat terhalang aktifitas dilakukan, terutama dalam situasi mendesak seperti TC untuk nengikuti turnamen berskala nasional.

Disinilah dibutuhkan sosok yang sangat peduli dan mau berkorban untuk olahraga. Menalangi dengan uang pribadi agar TC tetap berkelanjutan harus dilakukan. Bukankah, kata bijak menyampaikan.” Sapandai pandai mancincang landasan kanai juo’ Sapandai pandai maurus olahraga nan ketua tetap berkorban juga. Orang gila olahraga, tak memikirkan habisnya materi, semata pengabdian dan hobby.

Memang berat dan sangat berat. Makanya, mengurus olahraga haruslah orang yang tepat. Apalagi, olahraga Sumbar haus prestasi. Kurangnya pembinaan dan kepedulian berakibat banyak atlit yang lari. Wajar saja olahraga Sumbar minim prestasi. Buktinya, pada PON 2024 di Aceh dan Sumut, prestasi Sumbar terpuruk. Hanya menempati posisi ke 20. Minimnya anggaran menjadi persoalan. Makanya, dibutuhkan sosok mapan, kuat materi, bukan titipan apalagi kroni

Bukan Sumber Kehidupan

Intinya, mengurus olahraga butuh orang yang profesional, berdedikasi, mau berkorban waktu, pikiran dan materi. Bukan, memanfaatkan jabatan sebagai sumber pencaharian. Jika pengurus masih mencari hidup di olahraga, maka akan menjadi masalah di kemudian hari. Bisa jadi, pengurus yang mencari hidup di olahraga, memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan olahraga itu sendiri.

Tak memiliki kemampuan atau pengetahuan yang cukup untuk mengelola olahraga secara profesional. Pengurus yang hidup di olahraga, terlalu bergantung pada sumber dana yang tidak stabil. Sehingga dapat mempengaruhi kemajuan olahraga. Tidak memiliki dorongan untuk berinovasi dan mencari cara baru untuk mengembangkan olahraga. Karena, terbentur anggaran dan biaya. "Hidup hidupi olahraga, Jangan cari hidup di olahraga". (***)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment