News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kisah Pilu Mahasiswa dan Pelajar Pemburu Sinyal di Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat

Kisah Pilu Mahasiswa dan Pelajar Pemburu Sinyal di Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat

Pelajar dan Mahasiswa Pemburu Sinyal 4G di Nagari Simanau, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok
Geser Sedikit, Mati
Wabah virus corona (Covid-19) di Sumbar dan Indonesia, membuat sejumlah universitas dan sekolah serta madrasah melakukan perkuliahan dan pembelajaran secara online. Bagaimana dengan mahasiswa dan pelajar di wilayah pinggiran dan daerah terisolir yang tidak memiliki akses telepon seluler dan akses internet?
SOLOK - Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, menjadi salah satu daerah berlabel "blank spot". Satu kecamatan yang terdiri dari lima nagari (desa adat) dan 20 jorong (setingkat dusun) tersebut, tidak mendapatkan akses internet, bahkan juga tidak memiliki akses telepon seluler. Jika cuaca baik, beberapa titik di kecamatan tersebut, jika beruntung kita bisa mendapatkan sinyal telepon seluler. Namun, hanya untuk menelepon atau sekadar mengirim pesan singkat (SMS). Jadi, jangan harap masyarakat, pelajar, mahasiswa atau anak muda di sana akan akrab atau kecanduan dengan gadget, smartphone atau pun laptop, untuk bermedia sosial seperti facebook, instagram, twitter, ataupun berkabar dengan koleganya viat WhatsApp ataupun Telegram.

Namun, beberapa waktu lalu sejumlah pelajar dan mahasiswa yang bersekolah dan kuliah di luar Kecamatan Tigo Lurah, mendapatkan satu titik di Nagari Simanau yang ternyata "dialiri" sinyal internet. Titik tersebut, berada di sebuah tebing di sisi jalan satu-satunya yang menghubungkan kecamatan itu dengan Nagari Sirukam di Kecamatan Payung Sekaki.

Titik tersebut, kemudian menjadi fenomena sekaligus idola bagi para remaja dan pemuda dari Nagari Simanau, Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang, Simiso, dan Garabak Data. Dari pusat Nagari Simanau, jaraknya sekitar 5 kilometer dan sekitar 10 kilometer dari Nagari Rangkiang Luluih. Sementara, dari Nagari Sirukam di Kecamatan Payung Sekaki, jaraknya mencapai 20 kilometer.

Keberadaan satu titik yang terdapat akses internet tersebut, hingga kini masih misterius. Di kawasan yang terbentang luas di sekitarnya, hanya di titik tersebut yang memiliki akses internet dengan kualitas 4G. Diduga, sinyal internet itu berasal dari Kabupaten Sijunjung, yang berada di depan tebing tersebut. Titik itu, hanya memiliki panjang sekitar 12 meter hingga 15 meter. Sehingga, para pelajar dan mahasiswa yang mengikuti kuliah online, mengirim tugas, ataupun yang ujian online di kampus, akhirnya duduk berjejer di potongan-potongan kayu yang dibuat menjadi bangku panjang. Berlantai tanah dan beratap langit.

Di saat wabah virus corona menghantam Indonesia, Sumbar dan Indonesia saat ini, membuat para mahasiswa dan pelajar dari berbagai daerah di Indonesia asal Tigo Lurah, pulang kampung. Meski "dipulangkan", namun perkuliahan dan pembelajaran tidak berhenti, karena diganti dengan perkuliahan dan pembelajaran secara online.

Secara alami, timbul semacam aturan tidak tertulis di antara puluhan, hingga ratusan pelajar yang "mangkal" di titik tersebut. Yakni, para mahasiswa dan pelajar yang kuliah online, mengirim tugas, ataupun kuliah online, diprioritaskan di titik tersebut. Sementara, bagi yang sekadar ber-chatting ria, update status, ataupun menjelajahi informasi di mesin pencari google, dengan legowo dan kerelaan tingkat tinggi, bersedia mengalah. Penyebabnya, jika di saat yang bersamaan terlalu banyak akses, maka kecepatan akses bisa melambat, bahkan hilang sama sekali.

Akhirnya, beberapa waktu lalu, sejumlah anak muda laki-laki, berusaha mencari titik-titik lain yang memiliki akses internet. Pencarian spot akses internet, bahkan dilakukan dalam jumlah besar. Mereka menjelajahi sejumlah puncak-puncak bukit, bahkan hingga ke semak-semak belukar. Namun, sinyal terkuat tetap saja di tepi tebing tersebut.

Memang, di salah satu bukit ditemukan spot internet, namun kecepatan aksesnya lebih rendah. Bukit itu, kemudian ditempati para anak laki-laki di saat titik yang dipakai para anak-anak wanita sedang ramai. Mereka bahkan rela mengalah dan menempuh bukit dengan sepeda motor dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Bahkan, saat ini tempat anak laki-laki tersebut bersarang serombongan lebah. Alhasil, di waktu sore hingga malam hari, para anak laki-laki baru pindah ke titik akses. Atau saat para kaum hawa pulang ke rumah.

Penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk wilayah Sumbar, termasuk Kabupaten Solok, membuat Pemkab Solok membuat tim monitoring dan evaluasi (Monev) di 14 kecamatan, termasuk di Kecamatan Tigo Lurah yang hingga kini dinyatakan sebagai daerah hijau (tanpa PDP dan kasus positif). Untuk Tigo Lurah, Tim Monev dipimpin Kepala Dinas PUPR Syaiful, ST, MT, bersama Sekretaris Dinas Pertanian Miharta Maria, dan Sekretaris Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPM PTSP Naker) Marcos Sophan.

Dalam kunjungannya ke Tigo Lurah tersebut, Syaiful dan anggota tim lain, menyempatkan diri menyambangi titik spot internet tersebut dan berdialog dengan para mahasiswi dan pelajar yang sedang menggunakan akses internet tersebut. Melihat para mahasiswi dan pelajar perempuan yang berpanas-panasan demi kuliah online, mengirim tugas ataupun sedang ujian online, Syaiful langsung mengeluarkan uang dari kantong pribadinya, untuk pembeli tikar plastik untuk dijadikan atap. Sehingga, para mahasiswi dan pelajar tersebut, tidak lagi berpanas-panasan.

"Saya sangat terenyuh melihat kenyataan ini. Mereka rela berpanas-panasan demi kuliah daring, mengirim tugas ke kampus atau sekolah, ataupun mengukuti ujian secara online. Kegigihan para mahasiswa dan pelajar Tigo Lurah ini, patut diacungi jempol," ungkapnya.

Sementara itu, para mahasiswi dan pelajar yang disambangi oleh Tim Monev Pemkab Solok, serempak mengucapkan terima kasih. Mereka mengaku berasal dari berbagai perguruan tinggi di Pulau Jawa seperti Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Mercubuana Jakarta. Kemudian dari Universitas di Kota Padang seperti Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Andalas (Unand), Universitas Dharma Andalas Padang. Lalu dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, IAIN Bukittinggi, Poluteknik Pertanian Payakumbuh, Poltekkes Padang, serta perguruan tinggi dari sejumlah kota di Sumatera Barat. Kemudian dari Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok. Sementara, dari kalangan pelajar, mereka berasal dari MAN Kota Solok, SMAN 1 Kota Solok, SMAN 2 Kota Solok, MAN Kotobaru Kabupaten Solok, MTsN 2 Kotobaru Kabupaten Solok, SMPN 1 Kubung, Pesantren Al Mumtaz Kota Solok, serta sejumlah sekolah lainnya.

Ketika disambangi serempak mereka mengatakan tengah mengerjakan tugas sebagai pembejalaran daring. Mereka berasal dari sekolah yang berbeda dan ada yang mahasiswa. Beberapa diantaranya kuliah diluar Sumbar.

"Kami tengah mencari sinyal untuk mengerjakan tugas Pak. Hanya disini sinyal yang kuat kami temukan. Namun, sinyalnya sinyal GSM. Yaitu, kependekan dari 'geser sedikit, mati'. Jadi, jika dapat sinyal yang cukup kuat, kami tidak boleh bergeser-geser lagi. Harus tetap di posisi semula," ungkap Cici, mahasiswa dari Universitas Andalas (Unand) Padang.

Kepada Tim Monev, mereka juga mengeluh sering sekali ketinggalan informasi terkait tugas dan pembelajaran. Misalnya, jadwal yang tiba-tiba berubah dari kampus. Sebab, mereka tidak mendapatkan informasi terbaru setiap saat. Karena hanya bisavupdate di lokasi tersebut. Selain itu, mereka mencurahkan isi hatinya dalam mencapai lokasi di tengah rimba ini.

"Untuk menghadang rasa takut dalam menembus perjalanan menempuh rimba ini, kami berangkat berkelompok. Jaraknya mencapai lima kilometer di jalanan yang sangat lengang dan kondisi jalan yang penuh lubang dan di beberapa titik ada longsoran," lanjutnya.

Syaiful, dari kunjungan ke lokasi, meminta kepada wali nagari dan perangkat nagari agar di lokasi tersebut dibuat bangunan permanen atau semi permanen. Sehingga, para pelajar ini tidak kepanasan atau kehujanan.

"Semoga ini akan menjadi perhatian oleh pihak terkait termasuk provider internet, melihat antusiasnya generasi muda Tigo Lurah untuk berhasil dalam pendidikan. Yang jelas kondisi ini akan kami laporkan kepada Bupati Solok," sebut Syaiful.

Perjalanan Tim Monev kemudian dilanjutkan ke Kantor Walinagari Simanau, Kantor Walinagari Rangkiang Luluih dan Kantor Camat Tigo Lurah. Di Kantor Walinagari Rangkiang Luluih, tim bertemu dengan Walinagari Abu Tasar dan Anggota DPRD Kabupaten Solok Nelson.

Dari dialog di Kantor Walinagari Rangkiang Luluih tersebut, Abu Tasar menyatakan, sebenarnya Kantor Walinagari Simanau dan Kantor Walinagari Rangkiang Luluih, sebelumnya telah memiliki akses internet, yang berasal dari bantuan pemerintah pusat. Yakni dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Akses internet itu, berbentuk Wifi yang bisa diakses seluruh masyarakat. Sehingga, setiap waktu, Kantor Walinagari Rangkiang Luluih selalu ramai oleh masyarakat. Namun, dalam tiga bulan belakangan ini, akses itu terputus. Penyebabnya, kabel penghubung banyak yang putus, saat beberapa waktu lalu terjadi longsor yang menyebabkan beberapa tiang listrik rebah.

"Kabel internet ini menumpang di tiang-tiang listrik. Saat tiang itu rebah dan kabelnya banyak putus, pihak PLN hanya memperbaiki kabel PLN. Sementara, kabel yang jadi jaringan internet, tidak ikut disambung dan diperbaiki," ungkapnya.

Abu Tasar menunjukkan perangkat internet tersebut, yakni berupa seperangkat alat elektronika dan peralatan Wifi. Abu Tasar menyebutkan, sebelum rusak tiga terakhir, pihaknya hanya sempat menikmati akses internet selama lima bulan.

Sementara itu, Anggota DPRD Kabupaten Solok, Nelson, menyatakan pihaknya akan mencarikan solusi terhadap tidak adanya akses internet dan akses seluler di Kecamatan Tigo Lurah. Nelson mengatakan saat ini, kebutuhan masyarakat terkait informasi sangat tinggi. Menurutnya, hal ini bisa mempercepat kemajuan di Tigo Lurah, serta mengeluarkan daerah ini dari status daerah tertinggal dan terisolir.

"Beberapa tahun belakangan ini, kita sudah bisa menikmati listrik. Kini, akses informasi juga harus kita kebut agar daerah ini bisa keluar dari keterisoliran dan ketertinggalan. Tidak hanya akses jalan dan infrastruktur, akses informasi juga berperan sangat penting membawa daerah ini menuju kemajuan," ujarnya.

Nelson yang merupakan putra asli Kecamatan Tigo Lurah ini, menyatakan pihaknya terus mencari informasi untuk bisa membangun akses internet di Tigo Lurah. Seperti misalnya menawarkan ke provider internet membangun tower seluler, atau perangkat internet. Atau pun mini base transceiver station (BTS).

"Selain titik hotspot di Nagari Simanau itu, kita tidak memiliki akses internet di Kecamatan Tigo Lurah. Bahkan, untuk menelepon atau kirim SMS saja, kami harus mencari sinyal di beberapa bukit yang memiliki titik sinyal seluler," tegasnya.

Nelson juga menyatakan pihaknya siap mengajukan program dari pokok-pokok pikiran (Pokir) Anggota DPRD untuk membuat akses internet dan akses seluler di Kecamatan Tigo Lurah ini.

"Ibukota kecamatan Tigo Lurah, menjadi satu-satunya ibukota kecamatan yang tidak ditempuh sinyal. Baik sinyal seluler, apalagi sinyal internet. Padahal, akses informasi, saat ini sudah menjadi kebutuhan utama. Karena itu, butuh gebrakan untuk mengatasi ketertinggalan dan keterisoliran ini. Salah satunya dengan akses informasi yang memadai," ujarnya. (PN-008)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment