Terbiasa Diragukan dan Direndahkan, Gusmal Menjawab dengan Pembuktian, Ikhlas dan Sabar!
Wawancara Khusus dengan Dr. Gusmal, SE, MM Datuak Rajo Lelo, Bupati Solok Dua Periode yang Maju Sebagai Caleg DPR RI dari Partai Persatuan PembangunanTerbiasa Diragukan dan Direndahkan, Gusmal Menjawab dengan Pembuktian, Ikhlas dan Sabar!
Bupati Solok dua periode (2005-2010 dan 2016-2021), Dr. Gusmal, SE, MM Datuak Rajo Lelo, memantapkan dirinya maju sebagai Calon Legislatif (Caleg) DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Sumbar 1 di Pemilu 2024. Mantan birokrat kelahiran 22 Juni 1954 itu, optimistis mampu melenggang mulus ke Gedung Senayan (DPR RI).
Di Pileg DPR RI 2024, Gusmal maju dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan nomor urut 1. Dapil Sumbar 1 meliputi Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kota Sawahlunto, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang.
Namun, seperti "biasa", majunya Gusmal di kontestasi Pileg DPR RI 2024, senantiasa diikuti dengan berbagai keraguan, anggapan negatif, hingga "hanya" dianggap sebagai "penggembira" di kontestasi. Ternyata, hal itu bagi Gusmal tidak kali ini saja terjadi. Di kontestasi Pilkada 2005, Pilkada 2015, bahkan saat dirinya muncul di bursa calon Sekda Kabupaten Solok 2003-2004, keraguan-keraguan tersebut senantiasa mengikutinya. Namun, hal itu selalu terjawab dengan pembuktian!
Bagaimana strategi Gusmal menghadapi Pileg DPR RI 2024? Ikuti wawancara khusus dengan H. Dr. Gusmal, SE, MM Dt Rajo Lelo di salah satu kafe di Nagari Kotobaru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, awal September 2023.
Di umur hampir 70 tahun, bapak maju ke pentas Pileg DPR RI 2024. Apalagi yang bapak cari dan ingin bapak buktikan?
Mungkin, jawabannya adalah dengan sebuah pertanyaan ke diri saya. Mengapa di umur ini, saya tetap dianugerahkan Allah kesehatan dan pemikiran yang masih sangat baik. Tentu, ada tanggung jawab di balik anugerah kesehatan dan daya fikir yang baik tersebut. Minimal, fikiran dan keberadaan saya masih bermanfaat untuk rakyat banyak. Kalau pertanyaannya apa yang saya cari dan apa yang akan saya buktikan, sebenarnya tidak ada lagi. Kecuali, untuk terus mengabdi ke masyarakat. Secara ekonomi, maupun secara "nama", saya sudah sangat bersyukur dengan apa yang telah saya dapatkan selama ini. Tapi, tentu saja ke depannya saya ingin terus mengabdi ke masyarakat. Apalagi, secara kesehatan maupun pemikiran, saya masih sangat segar.
Mengapa memilih maju ke DPR RI, tidak ke DPRD Sumbar, DPD RI, atau kontestasi Pilkada Sumbar?
Saya ingin pengabdian yang lebih luas dan membawa efek yang lebih besar lagi untuk Sumatera Barat. Terutama untuk membawa dampak dari program-program pemerintah pusat ke Sumbar. Jika ke DPRD Sumbar, tentu cakupannya lebih terbatas dibanding DPR RI. Sementara, kalau DPD RI, kita mesti paham bahwa fungsi DPD adalah merancang fundamental kenegaraan, berupa regulasi-regulasi di daerah ke tingkat nasional. Saya merasa hal itu kurang cocok dengan pribadi saya, sebagai mantan birokrat, politikus, maupun latar belakang pendidikan saya dari lulusan ekonomi. Begitupun di kontestasi Pilkada Sumbar, saya melihat banyak tokoh-tokoh yang memiliki energi, komitmen, pengalaman dan keinginan kuat. Sehingga, bisa menjadi "tandem" bagi saya jika nanti di diamanahkan ke DPR RI. Sehingga, saya merasa, DPR RI lebih cocok dengan saya!
Mengapa memilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP)? Padahal sejumlah partai lain disebut-sebut sudah kuat mengusung bapak.
Di dunia ini, ada jalan yang sesuai dengan keinginan kita, dan ada jalan yang seperti digariskan Allah kepada kita. Saya akui, bahwa sebelumnya saya didekati dan mendekati sejumlah partai untuk maju ke DPR RI, setelah periode saya sebagai Bupati Solok 2016-2021 berakhir. Saya sempat "dekat" dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan sejumlah partai lainnya, termasuk PPP. Bahkan, dari survei-survei internal di masing-masing partai itu, hasilnya saya di posisi teratas. Namun, ternyata jalan Allah membawa saya ke PPP. Banyak alasan dan kondisi yang membawa saya ke sana. Selain faktor kenyamanan, ada keyakinan kuat bagi saya dengan PPP.
Ada opini dari berbagai lembaga survei yang mengatakan PPP tidak lolos parliamentary treshold (PT) di Pileg 2024?
Seperti yang saya katakan tadi, ada banyak hal yang sesuai dengan prediksi kita, dan banyak hal tak sesuai prediksi. Tapi, di balik itu semua, ada takdir Allah dan keyakinan kuat dari kita sebagai hamba Allah, yang bisa mengubah itu semua. Logikanya sederhana, jika seluruh Caleg tahu partainya tidak lolos PT, atau dirinya tidak akan terpilih, tentu mereka tidak akan maju di kontestasi Pileg. Jadi, semuanya terpulang ke takdir kita masing-masing. Jika ditakdirkan duduk, maka tidak ada yang akan menghalangi. Semuanya akan dimudahkan Allah bagi kita. Hal itu lah yang saya rasakan selama ini di PPP. Segalanya serasa dimudahkan bagi saya. Saya merasa bisa diterima dengan sangat baik oleh masyarakat, baik masyarakat Kabupaten Solok, masyarakat Solok Raya, maupun masyarakat di Dapil 1 Sumbar.
Setelah didaftarkan sebagai Bacaleg dan terdaftar di Daftar Calon Sementara (DCS), apa yang bapak lakukan untuk meraup suara?
Seperti yang saya katakan tadi, setelah menjadi Bacaleg dan terdaftar di DCS, saya langsung melakukan sosialisasi dan menyerap aspirasi di wilayah Dapil 1 Sumbar. Alhamdulillah, saya disambut dengan antusias oleh masyarakat. Tidak hanya masyarakat Kabupaten Solok, tapi juga masyarakat Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan) dan masyarakat di Dapil 1 Sumbar yang terdiri dari 11 kabupaten/kota. Ternyata, mereka (11 daerah di Dapil Sumbar 1), sudah mengenal saya dengan sangat baik, meski ada yang baru pertama kali bertatap muka dengan saya.
Kontestasi di Dapil 1 Sumbar disebut sebagai "perang bintang", dan bapak diragukan mampu bersaing dengan para kontestan yang bertarung.
Saya sudah terbiasa diragukan, bahkan direndahkan, untuk mampu bersaing dalam setiap kontestasi. Tapi, di saat saya diragukan itulah saya telah berulang kali mampu membuktikan. Di tahun 2003 hingga 2004, saya diragukan banyak pihak akan diamanahkan menjadi Sekda Kabupaten Solok. Karena waktu itu, banyak pejabat-pejabat Pemkab Solok dan dari daerah lain yang lebih diunggulkan menjadi Sekda saat itu. Di kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 2005, saya juga diragukan bakal menang, karena banyak tokoh-tokoh yang tampil di Pilkada Kabupaten Solok 2005. Bahkan ada 6 pasangan yang bersaing. Justru, saat saya diunggulkan di Pilkada 2010, dengan status incumbent (petahana), saya malah tidak terpilih. Di Pilkada Kabupaten Solok 2015, saya kembali diragukan bakal terpilih. Banyak tudingan negatif, pembusukan, fitnah dan pembunuhan karakter kepada saya. Apalagi, isu yang dikembangkan adalah saya sebagai mantan narapidana. Tapi, dengan keyakinan yang kuat, saya bisa dipercaya masyarakat.
Apa kuncinya?
Ikhlas, sabar dan tawakkal. Banyak ujian yang sudah saya hadapi. Saya sudah terbiasa menghadapi tantangan dan keraguan. Kuncinya, adalah dengan menjaga pergaulan dan silaturahim tak pernah rusak. Insyaallah, saya tak pernah menyakiti dan menganiaya orang. Saya meyakini, karena itulah, jalan saya selalu dimudahkan Allah. Satu hal lagi yang menjadi faktor kunci bagi saya adalah selalu membaca Alquran. Saya meyakini, membaca Alquran menjadi terapi bagi otak. Sehingga, di umur hampir 70 tahun ini, saya tetap bisa berfikir, bahkan hingga bisa menyelesaikan S3 (Doktor) saya beberapa waktu lalu.
Basis suara bapak tentu di Kabupaten Solok dan Solok Raya, bagaimana cara "masuk" ke daerah lain di Dapil 1 Sumbar?
Saya menghabiskan puluhan tahun sebagai PNS di Pemkab Solok. Mulai dari staf, Kasi, Kabag, Kadis, Kepala Bappeda, Kepala BKD, hingga menjadi Sekda Kabupaten Solok. Kemudian, saya menjadi Bupati Solok selama dua periode. Tentu, selama itu, saya memiliki atasan, kolega, bawahan dan hubungan dengan masyarakat. Alhamdulillah, hubungan itu senantiasa saya jaga hingga saat ini. Insyaallah, dengan silaturahim yang tersebut, saya optimistis memiliki tempat di hati masyarakat. Baik masyarakat Kabupaten Solok yang berada di Kabupaten Solok, maupun yang berada di daerah lain. Begitu juga dengan ASN dan mantan-mantan ASN yang pernah berkarier di Pemkab Solok. Dengan ASN dan mantan-mantan ASN itulah saya bersosialisasi di daerah lain. Selain itu, dengan masyarakat asal Kabupaten Solok yang berdomisili atau bekerja di daerah lain. Alhamdulillah, jalan selalu dibukakan kepada saya.
Berapa target suara di Kabupaten Solok dan Sumbar 1 di Pileg 2024?
Harus diakui, basis suara saya tentu di Kabupaten Solok dan Solok Raya. Di Kabupaten Solok saya berharap bisa mendapatkan minimal 40 ribu suara. Sementara, di wilayah "rantau" Kabupaten Solok di Sumbar 1, saya berharap bisa meraup sekitar 60 ribu suara. Hal itu, sudah melalui hitung-hitungan yang jelimet oleh saya bersam tim.
Selama ini, maju sebagai Caleg diidentikkan dengan uang. Bagaimana pendapat bapak?
Tidak hanya saat kontestasi Caleg, tapi juga di saat kontestasi Pilkada, masyarakat diracuni oleh stigma negatif itu. Yakni politik uang (money politics), yang katanya kalau mau terpilih, harus pakai uang banyak. Tapi, Alhamdulillah, saya tiga kali maju di Pilkada Kabupaten Solok, tahun 2005, 2010 dan 2015 dalam kondisi keuangan saya yang tidak seberapa. Uang memang memegang peranan penting dalam kontestasi, tapi untuk biaya operasional, bukan untuk money politics. Menurut saya, ide-ide dan gagasan-gagasan jauh lebih utama, serta penyadaran kepada masyarakat tentang komitmen dan integritas kontestan. Justru, menurut saya, money politics sangat berbahaya, karena merusak silaturahim. Jika suara masyarakat dihargai dengan uang, maka kontestan tidak lagi memiliki tanggung jawab moral ke konstituennya. Padahal, moral adalah hal yang utama sebagai manusia.
Ide dan gagasan apa yang ingin bapak tawarkan ke masyarakat?
Kelebihan dari masyarakat Sumbar adalah musyawarah dan mufakat. Kemudian silaturahim dan kekerabatan. Ini merupakan kekuatan utama bagi kita dan mesti diwariskan ke generasi penerus. Perlu diingat, legislator tak punya visi dan misi, yang punya visi itu adalah kepala daerah dan kepala negara. Yang dimiliki legislator adalah gagasan dan ide. Sesuai dengan latar belakang saya di birokrasi, saya melihat Sumbar sangat kaya dengan entrepreneur. Namun, kurang pionir, yang mampu melejitkan potensi anak muda. Karakter pekerja keras dan pekerja cerdas generasi muda Sumbar harus dijaga dan ditingkatkan. Inilah yang menjadi kekuatan Sumbar. Kuncinya peningkatan kualitas dan karakter. Salah satunya dengan aplikasi teknologi. Jika membangun fisik dan infrastruktur, dampaknya hanya sebentar, tapi membangun dan memperkuat karakter, itu butuh komitmen, kekuatan dan integritas. Nilai-nilai inilah yang harus diwariskan ke generasi muda.
Saat menjadi Bupati Solok 2005-2010, bapak dikenal dengan Program Tiga Pilar dan menjadi Program Empat Pilar pada periode 2016-2021. Seperti apa?
Tiga Pilar Pembangunan tersebut adalah Pendidikan, Kesehatan, Peningkatan Perekonomian, sesuai dengan alat ukur Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI). pengentasan kemiskinan. Tiga Pilar saya kedepankan saat memimpin Kabupaten Solok 2005-2010 dan Empat Pilar di periode 2016-2021, yang ditambah dengan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik. Pendidikan, dititikberatkan pada partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Kesehatan difokuskan untuk peningkatan angka harapan hidup. Sementara, Perekonomian dititikberatkan pada diversifikasi usaha dan sektor-sektor usaha baru yang kreatif dan inovatif. Hal ini, senatiasa menjadi komitmen saya ke depan, termasuk jika nantinya diamanahkan menjadi Anggota DPR RI. (***)
Selama ini, H. Dr. Gusmal, SE, MM Dt Rajo Lelo, dikenal dengan kesantunan dan daya ingatnya yang luar biasa terhadap orang yang pernah dikenalnya. Gusmal sebelumnya juga menjadi "Role model" (panutan) bagi pegawai di birokrasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemda daerah lainnya.
Pria kelahiran 22 Juni 1954 itu, memulai karier birokratnya dari bawah. Mulai dari staf, Kasi, Kasubag, Kabag, Camat, Kepala Dinas, Kepala Bappeda, hingga puncaknya menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Solok.
Dari perjalanan sekira 20 tahun menjadi birokrat di Kabupaten Solok, Gusmal Datuak Rajo Lelo dikenal sangat dekat dan menjadi kesayangan bagi siapapun, baik bawahan, rekan, atasan, maupun masyarakat. Terbukti, memilih pensiun di tahun 2005 untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Solok, Gusmal dengan mulus terpilih bersama Wakilnya Desra Ediwan Anantanur. Gusmal-Desra tercatat dalam sejarah sebagai Bupati dan Wabup Solok pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat.
Pada Pilkada 2010, Gusmal yang berpasangan dengan Edi Erizon (kakak kandung Bupati Solok Epyardi Asda), harus menerima kenyataan pahit karena kalah tipis dari Walikota Solok Syamsu Rahim yang berpasangan dengan Desra Ediwan Anantanur. Semakin pahit, karena setahun berselang, Gusmal menjadi pesakitan di meja hijau karena didakwa dalam kasus korupsi penjualan tanah negara di Bukit Bekicot, Kecamatan Gunung Talang. Kasus ini berawal saat ada warga yang menjual tanah, dan peran Gusmal yang saat itu adalah Bupati Solok, dianggap memberi rekomendasi penjualan tanah tersebut. Meski terus membela diri dengan fakta-fakta dan argumen, namun diduga karena kuatnya tekanan dari lawan-lawan politik, Gusmal tetap divonis bersalah dan menjalani hukuman di Lapas Muaro Padang.
Di Pilkada 2015, saat Gusmal sudah beberapa tahun selesai menjalani hukuman, Gusmal yang awalnya enggan maju, terus didesak maju oleh berbagai elemen masyarakat. Apalagi, mayoritas masyarakat Kabupaten Solok tidak percaya Gusmal sebagai koruptor, karena tidak sepeserpun ada aliran dana ke dirinya, dan menganggap ada orang-orang yang ingin menzaliminya.
Singkat cerita, Gusmal yang berpasangan dengan Yulfadri Nurdin, sukses membuktikan dirinya "tidak bersalah" di alam fikiran masyarakat Kabupaten Solok. Gusmal-Yulfadri sukses mengungguli Desra Ediwan Anatanur-Bachtul dan Agus Syahdeman-Wahidup.
Di Pileg DPR RI 2024, Gusmal maju dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan nomor urut 1. Dapil Sumbar 1 meliputi Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kota Sawahlunto, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang. (PN-001)
Post a Comment