News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kisah Tragis Sakiko Kanase, Istri Soekarno yang Bunuh Diri karena Cemburu

Kisah Tragis Sakiko Kanase, Istri Soekarno yang Bunuh Diri karena Cemburu

Cinta sering kali menjadi sumber kebahagiaan, namun bagi Sakiko Kanase, cinta justru menjadi akhir yang pilu. Namanya mungkin tak banyak tercatat dalam lembaran sejarah resmi Indonesia, namun kisahnya berkelindan erat dengan kehidupan sang Proklamator, Presiden Soekarno. Ia adalah wanita Jepang yang berhasil merebut hati Bung Besar jauh sebelum kemunculan Ratna Sari Dewi wanita Jepang lain yang kemudian menjadi istri kesayangan Soekarno.

Pertemuan antara Soekarno dan Sakiko Kanase terjadi pada tahun 1958, di Kyoto, Jepang. Saat itu, Sakiko yang berprofesi sebagai model dan guru privat untuk perusahaan Kinoshita Group bertemu dengan Soekarno dalam suasana diplomatik yang penuh pesona Timur. Dari pertemuan itulah, benih cinta tumbuh. Soekarno, yang dikenal mudah terpesona pada kecantikan dan kelembutan wanita, jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pernikahan keduanya berlangsung di Hotel Daiichi, Ginza, Jepang. Setelah menikah, Sakiko mengikuti Soekarno ke Indonesia dan memeluk agama Islam. Bung Karno memberinya nama baru Saliku Maesaroh, sebuah nama yang penuh makna dan kasih sayang. Ia tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, menikmati kehidupan sebagai istri kelima Presiden Indonesia yang karismatik itu.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Dari lobi-lobi bisnis antara Indonesia dan Jepang, muncul sosok baru: Naoko Nemoto, gadis muda Jepang berusia 19 tahun yang diperkenalkan kepada Soekarno oleh pengusaha Kubo Masao dari Tonichi Trading Company rival dari Kinoshita Group, tempat Sakiko bekerja. Naoko sendiri bukan sembarang gadis. Ia cerdas, berwajah anggun, dan memiliki pesona lembut yang memikat. Dalam dua kali pertemuan di Hotel Imperial, hati Soekarno kembali bergetar.

Tak lama setelah itu, Naoko diundang ke Indonesia. Ia tiba di Jakarta pada 14 September 1959. Kehadirannya seolah menjadi badai yang mengguncang rumah tangga Soekarno dan Sakiko. Presiden yang dikenal penuh kasih itu kini membagi perhatiannya dan tragisnya, Sakiko merasa tersisih.

Rasa cemburu yang tak tertahankan tumbuh menjadi luka yang dalam. Sakiko merasa dirinya bukan lagi perempuan istimewa di mata sang suami. Apalagi ketika Naoko resmi dinikahi pada 1962 dan berganti nama menjadi Ratna Sari Dewi Soekarno, menjadi sorotan dunia sebagai istri muda yang memesona.

Hanya enam belas hari setelah kedatangan Naoko di Indonesia, Sakiko tak mampu menahan derita hatinya. Dalam kesepian yang sunyi, ia mengambil keputusan paling tragis: mengiris urat nadinya di kamar mandi, mengakhiri hidup dengan cara yang memilukan. Saat peristiwa itu terjadi, Soekarno tengah berada di Bali bersama Naoko.

“Dan tragis, Sakiko Kanase mengiris nadinya. Kejadian itu persis enam tahun lebih dulu dari Gerakan 30 September 1965,” tulis akun Sejarah Nusantara di Twitter.

Kabar kematian Sakiko membuat Soekarno terpukul berat. Ia menangis, menyesali kepergian perempuan Jepang yang dulu begitu dicintainya. Bung Karno bahkan memerintahkan agar pemakamannya dilakukan secara tenang dan tertutup, jauh dari perhatian publik dan media.

Sakiko Kanase dimakamkan di kawasan Blok P, Jakarta Selatan. Namun, pada akhir tahun 1970-an, keluarganya memutuskan untuk memindahkan jasadnya kembali ke tanah kelahirannya di Jepang.

Kisah cinta Sakiko Kanase adalah kisah tentang cinta yang tulus, cemburu yang membakar, dan kesetiaan yang berujung tragis. Ia mencintai Soekarno dengan segenap jiwa, namun tak kuasa menahan luka ketika cintanya tergantikan oleh wanita senegaranya sendiri.

Di balik gemerlap sejarah dan pesona Bung Karno, kisah Sakiko Kanase menjadi pengingat bahwa bahkan dalam kehidupan seorang pemimpin besar, cinta bisa menjadi kisah paling manusiawi dan paling menyakitkan. (*/PN-001)

Sumber: disway.id

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment