News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kisah Inspiratif "Sang Kapten", Epyardi Asda, M.Mar di Ulang Tahun ke-61

Kisah Inspiratif "Sang Kapten", Epyardi Asda, M.Mar di Ulang Tahun ke-61

Kisah Inspiratif Capt. Epyardi Asda, M.Mar di Ulang Tahun ke-61

Energi, Pengalaman dan Potensi yang Mestinya Menjadi Inspirasi Banyak Orang

Karakter "keras" Bupati Solok Capt. Epyardi Asda, M.Mar, ternyata tidak muncul tiba-tiba. Ada kisah pilu, getir, haru, sekaligus inspiratif, yang mengiringi jalan hidup anak seorang kusir bendi dan pedagang beras keliling itu. Kini, di saat hidupnya mapan, anak ketiga dari 12 bersaudara itu, ingin mewakafkan sisa hidupnya untuk Kabupaten Solok.

Laporan RIJAL ISLAMY, Solok 

Takdir mengantarkan Capt. Epyardi Asda, M.Mar sebagai Bupati Solok periode 2021-2025. Menjadi seorang bupati, sama sekali tidak pernah terbersit dalam fikiran anak ketiga dari 12 bersaudara tersebut. Apalagi, dalam proses Pilkada Kabupaten Solok 2020 lalu, Epyardi baru memutuskan maju bersama Jon Firman Pandu, SH, empat bulan sebelum Pilkada digelar pada 9 Desember 2020.

Meski dikenal sebagai politisi level nasional dan tokoh masyarakat Kabupaten Solok, ternyata pasangan Asda-Pandu hanya sanggup menang tipis di Pilkada Kabupaten Solok 9 Desember 2020 lalu. Capt. Epyardi Asda, M.Mar dan Jon Firman Pandu, SH menang dengan "susah payah". Pasangan nomor urut 02 tersebut meraih 59.625 suara, hanya unggul 814 suara atau 0,48 persen dari Paslon 01 Nofi Candra-Yulfadri Nurdin yang meraih 58.811 suara. Paslon nomor urut 03, Desra Ediwan Anantanur-Adli memperoleh 28.490 suara. Sementara, Paslon nomor urut 04, Iriadi-Agus Syahdeman yang meraih 22.048 suara. Perbedaan tipis (0,48 persen) ini, berujung ke Mahkamah Konstitusi (MK), yang hasilnya MK memutuskan untuk menguatkan keputusan KPU Kabupaten Solok.

Masa Kecil Akrab dengan Kemiskinan

Epyardi Asda lahir dengan nama Efiyardi di Nagari Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat tanggal 11 Maret 1962. Epyardi Asda kecil merupakan anak ketiga dari 12 bersaudara, dari pasangan H. Asfar Panduko Sutan, seorang kusir bendi dan Hajjah Rosida yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang beras keliling. 

Kondisi keluarga yang serba kekurangan dengan selusin bersaudara, membuat kekuarga itu akrab dengan kemiskinan. Bahkan, kemiskinan itu bagi Epyardi menjadi dendam yang tak kunjung sudah, hingga kini. Bagi Epyardi, kemiskinan tidak hanya soal rasa dan kondisi serba kekurangan. Tapi hingga "mengantarkannya" dan beberapa saudaranya sebagai penderita gizi buruk, atau marasmus dalam istilah saat ini. Disebutkan Epyardi, saat kecil itu, tubuhnya kurus kering dan tinggi, hingga mirip tiang listrik.

Meski menjalani kehidupan pahit yang sungguh amat sulit dilupakan, Epyardi memiliki satu keyakinan, bahwa dengan pendidikan, takdir hidup bisa diubah. Di samping tentunya dengan usaha, doa dan berserah diri kepada Allah. Setelah menamatkan pendidikan di SDN 2 Singkarak tahun 1976, Epyardi kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Singkarak dan lulus tahun 1979. Epyardi kemudian "membuka" fikiran dan merintis asa ke Kota Solok. Yakni sebuah kota kecil yang baru beberapa tahun mekar dari Kabupaten Solok. Epyardi menempuh pendidikan di SMA Negeri Solok (kini SMAN 1 Kota Solok).

Sebagai "anak kampung" yang miskin, berbagai cemooh, bahkan hinaan yang merendahkan, didapat Epyardi. Alih-alih menjadi minder atau rendah diri, pandangan negatif itu justru kian membulatkan tekad Epyardi untuk mengubah nasib. 

Dengan berbagai pertimbangan, setamat dari SMA Negeri Solok (sekarang SMAN 1 Kota Solok) pada 1982, Epyardi dengan mantap memilih masuk ke "Akademi" Pendidikan Perwira Pelayaran Besar (P3B) di Semarang dan lulus tahun 1985, dengan sertifikasi kepelautan ahli nautika tingkat (ANT) 3. 

Awal hidup di Singapura dilalui Epyardi dengan getir. Hidupnya terlunta-lunta, bahkan sering tidur di emperan toko. Di saat inilah, agama Islam menjadikan dirinya tetap kuat. Jauh dari keluarga dan sanak saudara serta hidup di perantauan, Epyardi mengadukan nasibnya ke Allah SWT. Yakni dengan rajin berzikir dan rutin Shalat Tahajjud. 

Jalan hidupnya kemudian berubah setelah beberapa bulan, Epyardi mendapat pekerjaan di kapal asing. Epyardi diterima bekerja sebagai kapten kapal di Singapore Shipping Company hingga tahun 1996. Gaji pertamanya, dia kirimkan untuk orang tuanya dan gaji bulan kedua digunakan untuk membayar utang. Lima tahun bekerja di kapal asing, Epyardi bisa menyekolahkan adik-adiknya dan menaikan haji kedua orang tuanya. Di saat itu, Epyardi tak melupakan pendidikan. Di saat bekerja sebagai kapten kapal itu, dirinya juga melanjutkan pendidikan di Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) Jakarta (1990-1991) dan lulus ANT 2. 

Selanjutnya, dia merampungkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta (2003-2004) dan lulus ANT 1 atau setingkat S1. Di kampus yang sama, ia menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar S2 Master Mariner (M.Mar) pada tahun 2005.

Hidup yang mulai mapan, ternyata belum membuat Epyardi puas. Bekerja di kapal asing, Epyardi menyadari luasnya dunia, berikut dengan segala potensinya. Setelah beberapa lama bekerja di kapal asing, Epyardi memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri, bernama PT Kaluku Maritima Utama yang bergerak di bidang usaha pelabuhan. Sekadar diketahui, Kaluku merupakan nama sebuah jorong di Nagari Singkarak, Kabupaten Solok, tempat Epyardi dilahirkan. Epyardi juga membangun bidang usaha pelayaran dengan nama PT Tree Elang Maritim. 

Epyardi menikahi wanita pujaannya bernama Emiko, SP, pada tahun 1990. Keduanya dikarunia 6 orang putri. Yang sulung bernama Athari Ghauti Ardi, yang sekarang meneruskan jejak ayahnya menjadi anggota DPR RI dari partai PAN. Kemudian anak kedua bernama Arina Saufi Ardi, yang ketiga Atika Salsabila Ardi, yang keempat bernama Ashila Haura Ardi, yang kelima bernama Aliyah Khairunnisa Ardi dan yang bungsu bernama Aisyah Thalita Ardi.

Terjun ke Dunia Politik

Dikenal sebagai pengusaha bidang kelautan, Epyardi kemudian "tersesat" ke politik. Niat masuk ke dunia politik, bagi Epyardi didasarkan pada keinginannya untuk bisa berbakti dan mengabdi ke masyarakat. Namun, Epyardi menegaskan satu syarat, yakni partai tersebut harus yang berhaluan agama Islam. Sehingga, akhirnya Epyardi bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 2003.  

Hanya sekira setahun bergabung di PPP, Epyardi terpilih menjadi Anggota DPR RI periode 2004-2009. Dia terpilih dari daerah pemilihan (Dapil) Sumatera Barat I, yang meliputi Kota Padang, Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan, Tanah Datar, Padang Panjang, Sawahlunto, Sijunjung, Dharmasraya. 

Pada periode 2009-2014, Epyardi kembali terpilih dan duduk di Komisi V yang mengurusi permasalahan Perhubungan, Telekomunikasi, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal. Pada periode 2014-2019, ia ditempatkan di Komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur dan reformasi birokrasi dan kepemiluan pada masa periode jabatan 2014-2018.

Saat duduk di DPR, terjadi perpecahan di Fraksi PPP antara kubu yang diketuai Hasrul Azwar dengan yang diketuai Epyardi Asda. Di tengah tarik ulur pembahasan alat kelengkapan dewan, Epyardi menyatakan dirinya adalah Ketua Fraksi PPP yang sah. Epyardi menyebut bahwa Hasrul Azwar adalah ketua fraksi sementara karena hanya ditandatangani oleh Wakil Ketua Umum Emron Pangkapi dan Sekjen Romahurmuziy saja. Sementara itu, Surat Keputusan DPP PPP yang mengutus dirinya ditandatangani oleh Ketua Umum Suryadharma Ali dan Wasekjen Ahmad Gozali Harahap.

Pada 2018, Epyardi memutuskan pindah ke Partai Amanat Nasional (PAN). Posisinya di DPR diganti oleh Hasanuddin AS melalui mekanisme pergantian antarwaktu (PAW). Usai bergabung ke PAN, Epyardi kembali maju di Pileg DPR RI 2019 di daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan luar negeri. Meski meraih suara terbanyak, Epyardi gagal melenggang ke Senayan, karena PAN tidak mendapatkan suara yang cukup. Meskipun, di daftar Caleg ada politisi senior AM Fatwa dan Eggi Sudjana. Sementara, di Dapil Sumbar I, anak sulungnya, Athari Gauthi Ardi, berhasil terpilih. Bahkan, dari Dapil I Sumbar ini, PAN mendapatkan dua kursi.

Menjadi Bupati Solok

Sebagai penyambung aspirasi rakyat yang ingin membaktikan dirinya untuk membangun daerah, Epyardi dikenal sebagai sosok inspiratif. Kisah perjalanan hidupnya menjadi motivasi bagi siapapun untuk berhasil dalam hidup. Bahwa, siapapun berhak bercita-cita untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. 

Dikenal sebagai pebisnis dan politisi yang sukses, Epyardi Asda ingin mengabdi di kampung halaman. Maju sebagai Calon Bupati Solok pada pilkada serentak 9 Desember 2020, Epyardi menggandeng Jon Firman Pandu sebagai Cawabup dengan kendaraan PAN dan Gerindra. Keputusan ini dinilainya sebagai momentum untuk mengabdi ke masyarakat Kabupaten Solok. Dalam kampanyenya, Epyardi menegaskan bahwa Kabupaten Solok adalah gudangnya potensi dalam berbagai bidang, namun dinilainya belum maksimal untuk kesejahteraan masyarakat. Asda-Pandu kemudian mengusung jargon "Mambangkik Batang Tarandam".

Terpilihnya Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu sebagai Bupati dan Wabup Solok, ternyata belum "termanfaatkan" maksimal oleh masyarakat. Friksi (gesekan) yang kuat dari berbagai elemen di Kabupaten Solok, membuat "kehebatan" sosok inspiratif tersebut seperti tak berarti banyak. Pengalaman dan koneksi Epyardi yang begitu luas hingga ke level nasional, 

Epyardi seakan sengaja dibuat "sibuk" untuk mengurusi "remeh-temeh", ketimbang memanfaatkan energi besarnya, berupa ide-ide dan kebijakan untuk kemajuan Kabupaten Solok. Bahkan, terkesan ada pihak-pihak yang sengaja merawat konflik, sehingga perjalanan pemerintahan di Kabupaten Solok berada di "jalur lambat".

Padahal, berulang kali, di berbagai kesempatan, Epyardi sudah menegaskan bahwa maju sebagai Calon Bupati Solok 9 Desember 2020 lalu, dengan satu niat: Mewakafkan sisa hidupnya untuk Kabupaten Solok yang begitu dicintainya. Apalagi, jika mengacu pada umurnya saat ini, politisi kelahiran 11 Maret 1962 ini, tentu sudah tidak muda lagi. Sudah 61 tahun lebih! Masa di mana seorang PNS sudah dalam masa pensiun. Sehingga, setelah menghabiskan masa produktif bekerja, tentu Epyardi ingin potensi, pengalaman, energi dan koneksi yang dimilikinya, juga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Kabupaten Solok.

"Saya ingin mewakafkan sisa hidup saya untuk Kabupaten Solok. Saya ingin seluruh masyarakat Kabupaten Solok untuk bangkit bersama, mengejar ketertinggalan. Saya tidak bisa sendiri membangun Kabupaten Solok. Saya membutuhkan bantuan dan dukungan dari semua lini masyarakat. Sehingga dapat terwujud melalui jargon "Mambangkik Batang Tarandam, menjadi Kabupaten Solok Terbaik di Sumatera Barat" dan bangkit dari keterpurukan," ungkap Epyardi.

Epyardi juga berharap, seluruh elemen di Kabupaten Solok senantiasa bersinergi, berkolaborasi, tetap optimistis dan mempersempit perbedaan-perbedaan dalam menghadapi tantangan. Ayah dari Anggota DPR RI dari PAN Athari Gauthi Ardi itu juga mengungkapkan, bagi dirinya, semangat membangun Kabupaten Solok tidak akan pernah kendor.

"Banyak hal yang ke depannya akan kami kerjakan, sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat selama ini bisa segera terwujud. Meski berbagai badai dan tantangan serta permasalahan terus menghadang, namun kita adalah orang Kabupaten Solok. Kabupaten yang terkenal tangguh, dan memiliki kemampuan untuk selalu bangkit. Mari kita jaga optimisme untuk senantiasa menjadi orang-orang terbaik. Tidak hanya terbaik di Sumbar, tapi juga di tingkat nasional, bahkan hingga internasional," ungkapnya.

Terkait dengan tampilannya yang dinilai sejumlah pihak senantiasa "panas", Epyardi hanya berujar ringan;

"Saya ini apa adanya. Saya tak bisa bermanis-manis di luar, tapi di dalamnya bergelora," ujarnya. (***)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment