News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Gagasan Besar Epyardi Asda di Balik Pengadaan 14 Ekskavator

Gagasan Besar Epyardi Asda di Balik Pengadaan 14 Ekskavator

Menyelami Besar Epyardi Asda di Balik Pengadaan Ekskavator

Multiplier Effect yang Tak Tersampaikan ke Masyarakat Luas

Rencana pengadaan 14 ekskavator untuk 14 kecamatan di Kabupaten Solok terus menuai pro kontra di masyarakat. Intrik politik yang beradu dengan pembentukan opini yang disampaikan oleh Pemkab Solok, membuat ruh dari gagasan besar Epyardi Asda itu, berbalas sentimen negatif. Apa sebenarnya niat Epyardi Asda dalam pengadaan ekskavator?

RIJAL ISLAMY , Solok

Capt. Epyardi Asda, M.Mar dan Jon Firman Pandu, SH dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Solok periode 2021-2024 oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah pada 26 April 2021. Pasangan Asda-Pandu menang dengan "susah jerih payah", karena kemenangannya harus ditentukan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Sebagai akibat dari selisih 814 suara atau 0,4 persen dari pasangan Nofi Candra, SE dan Yulfadri Nurdin, SH. 

Kontestasi dan eskalasi yang "panas" di masa kampanye Pilkada Kabupaten Solok, gesekan (gesekan) antar empat pasangan calon, terutama antara "barisan" Asda-Pandu dengan NC-Yul, berlangsung sengit hingga ke level masyarakat "akar rumput". Masyarakat Kabupaten Solok terbelah. Keempat pasangan merupakan hasil dari "kawin paksa" politik yang dipersatukan untuk sama. Yakni memimpin Kabupaten Solok menuju lebih baik.

Semua pasangan kandidat tentu berkehendak baik dengan niat, itikad, pola dan kerja-kerja politiknya masing-masing untuk meraih kemenangan. Namun, kehendak Tuhan lah yang akhirnya berlaku. Tuhan akhirnya "menunjuk" Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu sebagai pemimpin Kabupaten Solok 2021-2024. Sebagai zat yang Maha Tahu, tentu saja kehendak Tuhan telah menggariskan Epyardi Asda-Jon Firman Pandu sebagai pasangan terbaik. Karena segala yang terjadi di alam semesta telah "dituliskan" di lahul mahfudz, dan Tuhan tidak akan pernah mau menganiaya ciptaannya.

Friksi yang sengit di masa kampanye, membuat masa awal pemerintahan Asda-Pandu jadi sorotan. Tidak hanya dari barisan para kandidat, tapi juga dari seluruh elemen masyarakat Kabupaten Solok, serta dari para perantau dan masyarakat di luar Kabupaten Solok. 

Sebagai salah satu "janji kampanye" Asda-Pandu, pengadaan 14 ekskavator untuk 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Solok, menjadi sorotan utama. Di masa awal Asda-Pandu, pandemi virus corona (Covid-19), telah menghantam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Terutama di sisi ekonomi. Resesi global membuat duet Asda-Pandu harus bisa meyakinkan masyarakat Kabupaten Solok, bahwa mereka bisa memperbaiki kondisi ekonomi yang "hancur" dihantam pandemi Covid-19. Apalagi, dengan adanya "opini liar" yang berkembang, "masyarakat lebih butuh beras daripada ekskavator".

Jika diselami secara mendalam, pembelian ekskavator tentu saja tidak secara instan mengenyangkan perut masyarakat. Tapi, ada ide dan gagasan besar Asda-Pandu untuk masa yang lebih lama. Sebab, apa yang bisa dilakukan dengan adanya ekskavator, tentu saja tidak bisa dimakan di hari yang sama. Apalagi, pemerintah mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga tingkat nagari juga mempunyai program-program ekonomi dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Dari sejumlah pernyataan Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu di berbagai kesempatan bertemu masyarakat, sosok yang diusung PAN dan Gerindra tersebut telah menyiratkan bahwa ada agenda dan rencana besar yang mereka usung. Yakni kemandirian ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Solok yang mayoritas adalah petani. 

Sebagai daerah yang dianugerahi lahan yang subur, ternyata mayoritas masih berupa lahan tidur yang belum termanfaatkan maksimal. Kendala utama adalah, tidak adanya akses yang memadai ke lahan-lahan tersebut. Akibatnya, biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian dan perkebunan tersebut, sangat tidak sebanding hasil yang didapat. Kendala lainnya, tidak tersedianya bibit-bibit unggul, ketersedian pupuk yang selalu langka saat dibutuhkan, hingga pemasaran yang tak tertata baik. Akibatnya, masyarakat malas bertani dan lahan-lahan semakin "tidur lelap". Masyarakat malah merasa nyaman dengan pekerjaan serabutan, tapi menghasilkan uang di hari yang sama, meski secara akumulasi, sangat sedikit.

Paradigma seperti itulah yang coba diubah Asda-Pandu dalam program ekskavator. Perlu juga diingat, bahwa program pengadaan ekskavator tidak berjalan sendiri. Sejumlah program dari berbagai OPD Pemkab dan program legislatif (DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten) menjadi satu kesatuan. Saat akses jalan dibuka oleh ekskavator, masyarakat akan diberi bibit gratis yang cocok dengan kondisi lahan. 

Dengan program pembangunan rumah layak huni, masyarakat juga difasilitasi penyediaan air bersih.

Secara berkebetulan, Epyardi Asda memiliki anak yang menjadi Anggota DPR RI dari PAN, yakni Athari Gauthi Ardi. Duduk di komisi V, yang membidangi infrastruktur dan perhubungan, anak tertua Epyardi Asda itu, mitra kerjanya adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional, Kementerian Desa, serta bidang lainnya.

Bahkan, "lakek tangan" Athari di Kabupaten Solok sudah dirasakan oleh masyarakat. Meski, sayang seribu sayang, kiprah Athari tidak terekspos dengan baik. Puluhan miliar rupiah dana aspirasi/Pokir Athari di Kabupaten Solok, tidak begitu diketahui oleh masyarakat luas. Seperti program 1.000 bedah rumah, program pemberdayaan Petani Pemakai Air (P3A) untuk irigasi pertanian, program Kota Tanpa Kumuh (KoTaKu), hingga Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW). Belum lagi, program-program dari Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Solok, yang seharusnya bisa selalu sinergis dengan konsep pemanfaatan ekskavator. 

Konsep besar ini, seharusnya bisa terbaca dan terpahami oleh masyarakat luas dengan baik. Jangan sampai, konsep ini justru tidak menjadi "bola liar" dengan berbagai asumsi miring. Seperti ekskavator untuk disewakan ke tambang ilegal, pemanfaatan untuk kepentingan pribadi, hingga uang pembeli ekskavator berasal dari honor 1.700 THL yang diputus kontrak. OPD Pemkab Solok dan DPRD Kabupaten Solok, seharusnya menjadi jembatan penghubung arus informasi dan opini antara pemerintahan dan masyarakat. 

"Saya ingin membangkitkan potensi perekonomian masyarakat melalui budidaya pertanian. Setelah ada ekskavator, Walinagari silakan melakukan pembukaan jalan-jalan usaha tani untuk membuka akses lahan pertanian masyarakat. Nanti jalan yang dibuka di nagari-nagari, akan ditingkatkan menjadi cor semen (hot mix). Dana pengecorannya akan kita anggarkan di APBD. Kemudian dikerjakan secara swakelola, tidak perlu tender-tender, sehingga ekonomi masyarakat bangkit," kata Epyardi di saat launching di sejumlah nagari.

Epyardi Asda juga meminta Walinagari mendata masyarakt yang lahannya dilalui akses jalan tersebut. Masyarakat diminta membuat lubang untuk ditanami bibit gratis dari Pemkab Solok. membantu dengan bibit tanaman.

"Kita sudah mempersiapkan bibit tanaman. Mulai dari durian montong, pisang, alpukat dan apa saja yang ingin ditanam masyarakat sesuai kondisi nagari yang bersangkutan. Untuk pemasaran, kita telah menjalin kerja sama dengan sejumlah daerah. Jadi mari kita bangun daerah ini bersama-sama. Sebagai bentuk pengabdian kita kepada daerah dan mewujudkan tekad 'Mambangkik Batang Tarandam', Menjadikan Kabupaten Solok sebagai kabupaten terbaik di Sumatera Barat," ujarnya. (***)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment