News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pilkada 2024, Nofi Candra-Leo Murphy Bakal Mengubah Wajah dan Peta Politik Kota Solok

Pilkada 2024, Nofi Candra-Leo Murphy Bakal Mengubah Wajah dan Peta Politik Kota Solok


Kondisi geografis dan geoekonomi Kota Solok di jalur persimpangan antar kota di Sumbar dan antar provinsi di Pulau Sumatera, ternyata belum mampu memberikan dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat. Kondisi geografis dan geoekonomi tersebut baru menjadikan Kota Solok sebagai wilayah perlintasan, bukan wilayah persinggahan, apalagi sebagai wilayah kekuatan ekonomi. Penyebabnya, kebijakan Pemko Solok selama ini, baru bersifat administratif, tanpa kreativitas dan inovasi di sektor ekonomi.

RIJAL ISLAMY, Solok

Sejak provinsi Sumatera Tengah dibubarkan dengan UU Darurat No.19 Tahun 1957 dan dimekarkan menjadi provinsi Sumatra Barat, Riau dan Jambi dengan UU No.61 Tahun 1958, Kota Solok secara nyata telah dipersiapkan menjadi kekuatan ekonomi dan leader bagi Sumbar wilayah timur, yang meliputi Kabupaten Solok, Solok Selatan, Sawahlunto, Sijunjung dan Dharmasraya. Kondisi strategis itu juga yang membuat Kota Solok menjadi satu titik dari wilayah segitiga emas Sumbar, bersama Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Terbukti, Pemprov Sumbar menempatkan Kantor Gubernur Pembantu Wilayah III di Kota Solok. Kantor tersebut kini menjadi Rumah Sakit Tumbuh Kembang Anak, setelah sebelumnya menjadi Kantor DPRD Kota Solok.

Secara luas, geoekonomi adalah kajian aspek ruang, waktu, dan politik dalam ekonomi dan sumber daya. Geoekonomi sebagai cabang geopolitik pertama kali digagas oleh Edward Luttwak, ekonom dan konsultan Amerika Serikat, dan Pascal Lorot, ekonom dan ilmuwan politik Prancis.

Era reformasi yang "meledak" pada 1998 disambut dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung pada 2005, membuat "semua orang" berkesempatan menjadi kepala daerah. Namun, di Kota Solok, para birokrat selalu senantiasa tampil menjadi kepala daerah. Yakni Syamsu Rahim-Irzal Ilyas (birokrat-swasta) pada 2005-2010, Irzal Ilyas-Zul Elfian (swasta-birokrat) pada 2010-2015, Zul Elfian-Reinier (birokrat-swasta) pada 2016-2021, dan Zul Elfian-Ramadhani Kirana Putra (birokrat-swasta) di periode 2021-2024. Sehingga, timbul adagium di masyarakat, salah satu kepala daerah harus berlatar belakang birokrat. Berlanjut dengan pameo, pemerintahan adalah birokrasi, maka harus dipimpin oleh birokrat.

Adagium dan pameo tersebut, membuat para pejabat di Pemko Solok memasang "kuda-kuda" sejak dini. Apalagi, penempatan pejabat eselon "diyakini" sebagai keputusan politik, sebagai hak prerogatif kepala daerah. Ditambah lagi peraturan yang masih "banci" terkait peran aparatur sipil negara (ASN) dalam politik. ASN dituntut netral, tapi masih memiliki hak pilih. Sementara, "nasib" dan "masa depan" jabatannya ditentukan oleh keputusan politik kepala daerah. Sehingga, ada konsekuensi dari pilihan politik para birokrat di Pilkada. Jika yang didukung menang, ada harapan "naik kelas", jika yang didukung kalah, siap-siap "menepi" atau "angkat koper" mencari "pelabuhan" di daerah lain. Daripada "merana" satu periode.

Di periode 2021-2024, di bawah kendali Zul Elfian, SH, M.Si dan Dr. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM, sejatinya membawa harapan cerah dengan tampilnya Ramadhani, seorang doktor ekonomi yang sangat muda mendampingi Zul Elfian. Namun, apa lacur, Ramadhani belum bisa mendobrak pertahanan birokrasi di Pemko Solok. Justru, baru 10 bulan memimpin, pasangan dengan akronim "Zidane", dinilai justru membuat suasana tidak kondusif di Kota Beras Serambi Madinah. Penyebabnya, sejumlah kebijakan Walikota-Wakil Walikota dinilai telah mengebiri bahkan disebut berbuat zalim terhadap sejumlah "loyalis" kontestan Pilkada Kota Solok 9 Desember 2020 lalu.

Para tokoh politik di Kota Solok yang setelah Pilkada 9 Desember 2020, memilih "menepi" dari hingar-bingar politik, seakan terusik. Hal ini, kemudian berkembang ke para loyalis, bahkan hingga ke masyarakat luas. Jika tidak segera diredam dengan aksi nyata, Zidane bakal menjadi musuh bersama para tokoh politik Kota Solok. Masyarakat kini sudah memasang-masangkan Cawako-Cawawako Solok di Pilkada 2024. Komposisi pasangan tersebut bahkan memunculkan nama yang unpredictable (tak terprediksi). Mereka adalah Ramadhani - Jefrizal, Zulmiyetti - Rusdi Saleh, Yutris Can - Ismael Koto, dan Irzal Ilyas - Hendra Saputra. Sejumlah nama lainnya yang diprediksi bakal tampil adalah Reinier, Alfauzi Bote, Leo Murphy, Al Damrah, Andri Marant, Zulfadhli Ilyas, Syaiful Rustam, hingga dr. Helwi Nofira.

Munculnya banyak nama tersebut, membuat konsentrasi Zul Elfian dan Ramadhani, serta sejumlah OPD Pemko Solok bakal terpecah. Dengan arus informasi dan opini yang berkembang super cepat di Kota Solok, setiap kebijakan Pemko akan dinilai sebagai manuver. Karena setiap kebijakan pemerintah tidak akan pernah menyenangkan semua pihak. Terutama yang terkait dengan hajat hidup masyarakat luas.

Kondisi geoekonomi Kota Solok yang berpusat perdagangan dan jasa, menuntut Pemko Solok tidak hanya menuntut clean government and good governance (pemerintahan yang bersih dan manajemen yang baik). Tapi peningkatan di sektor ekonomi. Pemerintah dituntut hadir dengan memberikan fasilitasi sesuai regulasi. 

Kondisi ekonomi yang dihantam pandemi Covid-19, tidak akan selamanya dijadikan alasan oleh Pemko Solok. Apalagi, di sejumlah daerah, perkembangannya justru sangat signifikan. Semisal Kota Payakumbuh yang seumur dengan Kota Solok, atau bahkan Dharmasraya yang baru mekar dari Sijunjung pada 7 Januari 2004 lalu. Perkembangan daerah yang berada di "sisi pinggir" provinsi Sumbar ini sangat signifikan. Sementara, Kota Solok yang terletak di tempat strategis dan diuntungkan secara geografis dan geoekonomi, justru terkesan stagnan. 

Kondisi ini, kemudian memunculkan harapan bagi masyarakat Kota Solok, tentang sosok pemimpin daerah yang berlatar belakang pengusaha. Sosok-sosok yang mampu menggenjot perekonomian, tanpa banyak alunan retorika. Apalagi jika berkaca pada kota-kota besar dan maju di Indonesia, yang dipimpin oleh sosok-sosok pengusaha. Terbukti, mereka mampu membawa daerah menjadi lebih baik, lebih maju, tanpa harus berlatar belakang birokrasi. 

Sosok Nofi Candra yang kalah di Pilkada Kabupaten Solok 9 Desember 2020 lalu, kini sedang berusaha "ditarik" ke Kota Solok. Senator (Anggota DPD RI) asal Sumbar periode 2014-2019 tersebut, kini kembali ke "habitat"-nya di Kota Solok. Mengurus kembali NC Plaza dan PT CNM yang bergerak di bidang produksi benih jagung hibrida unggul. Nofi Candra kini bolak-balik ke Bekasi menata kembali sejumlah bisnisnya yang sempat "mandeg" saat konsentrasinya terpecah menghadapi Pilkada Kabupaten Solok 2020 lalu. Salah satunya bisnis bahan kue di bawah bendera PT Boga Citra Mandiri dan PT Bakerindo Tetap Jaya. 

"Saat ini, saya fokus membenahi usaha-usaha yang sedikit terbengkalai selama saya di DPD RI dan Pilkada Solok 2020. Saya mengaktifkan kembali pabrik jagung hibrida seperti PT CNM dulu. Terkait dengan dunia politik, pengalaman kemarin mengajarkan saya untuk mempersiapkan strategi dan segala sesuatunya secara matang. Yang jelas saya tak akan "tapanjuik" (kapok) dengan hasil Pilkada ini. Tapi akan senantiasa berfikir jernih. Jika nanti eskalasi dan nasib politik saya membuat saya mesti maju di pentas politik, baik di eksekutif maupun legislatif, baik di Kota Solok ataupun Kabupaten Solok, saya akan mempersiapkan diri dengan lebih baik dan belajar dari pengalaman sebelumnya," tegasnya.

Dari karakter dan intuisi politiknya, Nofi Candra santer disebut sudah menjalin komunikasi dengan Anggota DPRD Kota Solok Leo Murphy, SH. Kedekatan Nofi Candra dan Leo Murphy terjalin karena lahir dari ideologi bisnis yang sama. Keduanya sama-sama besar di organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Yang sama-sama merintis karier pengusaha dari usia belia.

Sementara itu, Leo Murphy selain sebagai Anggota DPRD Kota Solok 2019-2024, juga merupakan Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Hipmi Kota Solok. Di DPRD Kota Solok, Leo dikenal sangat vokal mengkritisi Pemko Solok, terutama hal-hal yang berkaitan dengan konsep pembangunan dan upaya memaksimalkan anggaran daerah untuk masyarakat. Bahkan, dari sejumlah pengakuan pimpinan OPD Pemko Solok, Leo Murphy dinilai sebagai "momok" di setiap pembahasan anggaran. Hal ini terkait pemahamannya terkait seluk-beluk APBD dan "siasat" penggunaan dana APBD.

Terkait sektor usaha, keluarga Leo Murphy merupakan keluarga pertama di Sumbar yang mampu mengekspor komoditas pertanian ke Malaysia, Cina, Taiwan hingga Korea Selatan. Terutama ekspor manggis dengan bendera HSDB (Haji Syafri Debong), yang merupakan mamak kandungnya. Leo juga merupakan menantu dari Haji Pogoh, pengusaha hasil bumi seperti cabe, bawang putih dan bawang merah terbesar di Kota Solok dan Kabupaten Solok. Mamak rumah (iparnya) saat ini adalah Wakil Ketua DPRD Kota Solok dari Partai Demokrat, Bayu Kharisma. Dengan memenuhi "syarat dan rukun" menjadi kepala daerah, Leo dianggap sebagai figur ideal mendampingi Nofi Candra di kontestasi Pilkada Kota Solok 2024.

Selain Leo Murphy, Nofi Candra juga dinilai bakal ideal jika didampingi oleh Anggota DPRD Kota Solok dari fraksi PAN, Rusdi Saleh, dan Ketua DPC PDI Perjuangan Andri Marant. Meski begitu, siapapun yang bisa gerak cepat "menarik" Nofi Candra ke kontestasi Pilkada Kota Solok 2024, diyakini bakal menjadi paduan yang pas melawan empat pasangan calon yang sudah beredar luas di masyarakat saat ini. 

Pilkada 2020, Ketat Hingga Akhir

Sebelumnya, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solok 9 Desember 2020 menempatkan pasangan Zul Elfian, SH, M.Si - Dr. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM, sebagai pemenang dengan raihan sebanyak 12.920 suara atau 35,22 persen dari suara sah, dengan partisipasi pemilih sebanyak 76,78 persen. Perolehan suara terbanyak kedua diperoleh pasangan nomor urut 4, Yutris Can, SE - Irman Yefri Adang, SH, MH, dengan 26,3 persen atau 9.651 suara. Selanjutnya disusul Ismael Koto, SH - Edi Candra, SH dengan 23,2 persen atau 8.496 suara. Kemudian Wakil Walikota petahana Reinier, ST, MM - Andri Marant memperoleh suara paling rendah 15,3 persen atau 5.614 suara.

Hasil Pilkada Kota Solok 9 Desember 2020, diterima dengan legowo oleh tiga pasangan Cawako-Cawawako yang kalah. Begitupun dengan barisan pendukungnya masing-masing. Terbukti, tidak satupun pasangan yang melakukan gugatan sengketa Pilkada. Meski, yang berkembang di masyarakat luas, terutama di tim sukses yang kalah, banyak kerja-kerja politik haram yang diduga dilakukan "Zidane" dan timnya. Dari "pengakuan" sejumlah kandidat, mereka ingin "Zidane" nyaman bekerja, memimpin dan mengabdi ke Kota Solok. Seperti niat seluruh kontestan di Pilkada Kota Solok 2020. Seluruh kandidat yang kalah, memilih "menepi" dengan kembali ke "habitatnya" masing-masing. 

Namun, hanya berselang hari usai Pilkada, Walikota Zul Elfian langsung memberikan reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) terhadap empat kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Pemko Solok. 

Dampak Politik Terhadap ASN

Ramadhani Kirana Putra, yang masuk ke dalam "sistem" birokrasi Pemko Solok sejak dilantik pada 26 Februari 2021, kini menjadi nama yang disebut menjadi kandidat kuat sebagai suksesor Zul Elfian di Pilkada 2024. Dikesankan sebagai anak muda yang pintar, ramah dan bersahabat dengan berbagai kalangan, Dhani kini menanggung beban berat. Pilihannya mendampingi Zul Elfian di Pilkada 9 Desember 2020, membuat hubungan baiknya dengan para kontestan justru memburuk.

Alih-alih merangkul dan menjadi penyeimbang, Ramadhani justru dinilai telah masuk "perangkap" ke sistem birokrasi. Sehingga, hubungannya dengan sejumlah tokoh politik, semisal Rusdi Saleh, Irman Yefri Adang, Andri Marant, Nofi Candra, Reinier, Edi Chandra, bahkan dengan mantan "pimpinannya" di DPD Partai Golkar Kota Solok, merenggang.

"Keberpihakan" sejumlah ASN Pemko Solok di Pilkada 2020, kini seperti "terusik", dengan sejumlah kebijakan Pemko Solok belakangan ini. Terutama dalam hal mutasi pejabat eselon dan non eselon. Sejumlah pejabat, yang disinyalir sebagai "barisan" Yutris Can, Reinier, Irzal Ilyas, Syamsu Rahim, kini seperti menunggu ke "rumah jagal", disingkirkan dalam kabinet Zidane.

"Pengaduan" sejumlah ASN ke sejumlah tokoh politik Kota Solok itu, seakan memantik bergulir bola salju (snow ball) yang bergerak melawan Ramadhani. Sehingga, pengaduan perasaan dari sejumlah ASN membuat Yutris Can, Ismael Koto, Irzal Ilyas, Reinier, Andri Marant, Nofi Candra, seakan memaksa mereka untuk keluar dari pertapaan. Guliran bola salju itu, meski 2024 masih lama, Yutris Can dan Ismael Koto disebut-sebut sudah melakukan komunikasi politik. Demikian juga dengan sejumlah tokoh politik lainnya.

Sejumlah nama, bahkan pasangan sudah diprediksi bakal tampil. Komposisi pasangan tersebut bahkan memunculkan nama yang unpredictable (tak terprediksi). Mereka adalah Ramadhani - Jefrizal, Zulmiyetti - Rusdi Saleh, Yutris Can - Ismael Koto, dan Irzal Ilyas - Hendra Saputra. Sejumlah nama lainnya yang diprediksi bakal tampil adalah Reinier, Alfauzi Bote, Leo Murphy, Al Damrah, Andri Marant, Zulfadhli Ilyas, Syaiful Rustam, hingga dr. Helwi Nofira.

Ramadhani Kirana Putra - Jefrizal

Dhani tampil di pole position (barisan terdepan) dalam eskalasi Pilkada Kota Solok 2024. Posisinya sebagai incumbent (petahana) dan Wako Zul Elfian tidak maju lagi di 2024, membuat namanya sebagai politikus milenial bertitel doktor, menjadi magnet utama. Jefrizal yang kini menjabat sebagai Asisten 2 Pemko Solok, diharap menjadi paduan pas sebagai pasangan politikus dan birokrat. 

Zulmiyetti Zul Elfian- Rusdi Saleh

Status Zulmiyetti sebagai istri dari Walikota Zul Elfian, membuat namanya layak berada di barisan depan. Jika Zulmiyetti maju, tentu saja Zul Elfian dan "barisannya" bakal all out mendukung. Pengalaman Zulmiyetti dalam mendampingi Zul Elfian, sejak menjadi staf di Pemko Solok, pejabat eselon, Wakil Walikota (2010-2015), Walikota (2016-2021, 2021-2024), ditambah hubungannya yang sangat erat dengan "loyalis" Zul Elfian, tentu saja tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, jika berpasangan dengan Rusdi Saleh, legislator PAN yang namanya begitu harum, karena kerja-kerja sosialnya di Kota Solok.

Yutris Can - Ismael Koto

Jika dua tokoh ini bersatu, tentu saja eskalasi politik Kota Solok bakal dihantam turbulensi dahsyat. Pasalnya, Yutris Can dan Ismael Koto memiliki basis massa masing-masing, yang jumlahnya sangat besar. Terbukti, Yutris Can mampu "menjaga" massanya sehingga terpilih tiga periode di DPRD Kota Solok. Di sisi lainnya, Ismael Koto sudah dua kali mencalon di Pilkada Kota Solok (2015 dan 2020), dan mendapatkan suara yang signifikan. Bahkan, jika pasangan ini berjalan solid, perolehan 9.651 suara oleh Boris - Adang dan 8.496 Iko - Edi mencapai 18 ribu suara. Apalagi jika ditambah dengan kerja-kerja politik yang dilakukan sejak dini. 

Tapi, pasangan ini akan dihadapkan persoalan, terkait siapa yang bakal menempati posisi Cawako dan Cawawako. Siapa yang bakal legowo dan siapa yang mau mengalah satu langkah?

Irzal Ilyas - Hendra Saputra

Nama Irzal Ilyas sebagai Wakil Walikota Solok (2005-2010) dan Walikota Solok (2010-2015), tentu saja tak bisa hilang di Kota Solok. Berhasil bangkit usai kalah di Pilkada 2015, dengan terpilih menjadi Anggota DPRD Sumbar (2019-2024) di Dapil VII (Kota Solok, Kabupaten Solok, Solok Selatan), nama Irzal tetap menjadi magnet kuat. Bahkan, di Pileg DPRD Sumbar 2019, Irzal yang lekat dengan panggilan Dt Lawik Basa berhasil mengoleksi 7.590 suara di Kota Solok. 

Sementara, Hendra Saputra merupakan politisi yang sudah tiga periode di DPRD Kota Solok (2009-2014, 2014-2019 dan 2019-2024). Sebagai anggota dewan tiga periode, Hendra Saputra tentu sangat mengenal kondisi geopolitik Kota Solok. Termasuk pola-pola pemenangan di Pilkada Kota Solok.

Lalu, bagaimana nama-nama lainnya? Tentu saja butuh "loncatan" dan "ledakan" untuk bisa menarik simpati dan kepercayaan pemilih di Kota Solok. Terutama untuk nama-nama yang belum turun langsung di Pilkada, seperti Al Damrah, Helwi Nofira, hingga dua ASN Pemko Solok, Sekda Kota Solok Syaiful Rustam dan Kepala Dinas Sosial Zulfadhli Ilyas. 

Perlu juga diingat, sesuai kodrat alam, di setiap kompetisi tidak semua elemen yang berada di barisan pemenangan adalah para pejuang sejati. Sejumlah elemen yang berada di pihak yang kalah telah menegaskan diri menjadi oposisi. Disinilah letak kepiawaian para kandidat merangkul semua elemen untuk sama-sama berjuang membangun Kota Solok. 

Namun, tidak sedikit pula yang bersikap seolah-olah menjadi bagian dari pemenangan. Dengan "menistakan" jagoan lamanya dan menguas sang pemenang sebagai sosok luar biasa dan tanpa cela. Tentu dengan berharap selentingan materi dan limpah kemurahan hati untuk jabatan dan fasilitas. Sembari menyatakan sikap siap mendukung penuh sang pemenang. Meski sejatinya akan senantiasa menjadi duri dalam daging dan akan pergi di saat kekuasaan tak lagi di tangan sang pemenang. Waalahualam bissawab. (***)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment