News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menyusuri Jejak Aman Dt Madjo Indo, Sastrawan Solok Pengarang "Si Doel Anak Betawi"

Menyusuri Jejak Aman Dt Madjo Indo, Sastrawan Solok Pengarang "Si Doel Anak Betawi"

Jejak Aman Dt Madjo Indo, Sastrawan Asal Kabupaten Solok Pengarang
"Si Doel Anak Betawi"
Aman Tak Sepopuler Karyanya
Film Si Doel Anak Betawi yang menginspirasi Si Doel Anak Sekolahan sangat populer era 70-an hingga 90-an. Meski populer, pengarang novel yang menginspirasi film seakan terlupakan. Dia lah Aman Dt Madjo Indo, sastrawan asal Supayang, Kabupaten Solok.
Laporan RIJAL ISLAMY, Solok

Ingatan remaja dan orang tua yang hidup tahun 70-an hingga 80-an tentu cukup lekat dengan sosok "Si Doel" dalam film Si Doel Anak Betawi. Film ini menginspirasi film fenomenal lainnya: Si Doel Anak Sekolahan yang populer tahun 90-an hingga 2000-an. Tapi, jika menyebut nama Aman Dt Madjo Indo, banyak yang akan menggelengkan kepala. Pertanda tidak tahu. Padahal dialah pengarang novel itu, dan spesialnya, dia berasal dari Nagari Supayang, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok.

Patronnews semula ingin menelusuri kisah Rosihan Anwar, seorang wartawan dari Solok yang akan diabadikan sebagai nama Balai Wartawan oleh Pemko Solok (jejak Rosihan Anwar akan dikupas di tulisan selanjutnya). Patronnews kemudian mendatangi Kantor Wali Nagari Sirukam. Hujan lebat membuat Patronnews dan sejumlah wartawan Solok lainnya bercerita panjang lebar dengan pegawai kantor Wali Nagari tersebut. Dari sekian banyak pembicaraan, terlontarlah sebuah nama yang cukup asing: Aman Dt Madjo Indo. Saat disebutkan bahwa dia adalah pengarang novel Si Doel Anak Betawi dan sastrawan asli Supayang, Kabupaten Solok pembicaraan jadi menghangat. Penelusuran pun dilakukan ke kerabat Aman Dt Madjo Indo.

Patronnews dipertemukan dengan Prihatma Dewi, pengelola dan guru TK dan PAUD "Yayasan Haji Aman Dt Madjo Indo", yang masih kerabat Aman Dt Madjo Indo. Oleh Dewi, Patronnews dibawa berkeliling. Sebuah rumah permanen dengan arsitektur khas Minangkabau, bergonjong lima, berdiri kokoh di dalam komplek. Berbagai fasilitas bermainan untuk siswa TK dan PAUD menghiasi halaman yang cukup luas. Di bagian kanan, sebuah makam dipayungi atap dan dipagar dengan beton. Fasilitasnya cukup representatif.

"Ini adalah makam beliau Haji Aman Datuek Madjoindo, pengarang buku Si Doel Anak Betawi," ujar Prihatma Dewi

Dewi pun lalu bercerita bahwa Aman Dt Madjo Indo alah putra asli Solok, kelahiran Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok. Beliau lahir pada 5 Maret 1896 dan melahirkan 54 karya sastra, termasuk 20 novel legendaris. Selain Si Doel Anak Betawi,
karya-karyanya antara lain Menebus dosa (1932), Rusmala Dewi (1932, bersama Hardjosoemarto), Sebabnya Rafiah Tersesat (1934, bersama Hardjosoemarto), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Perbuatan Dukun (1935), Sampaikan Salamku Kepadanya (1935).


Selain novel, Aman juga menulis karya Melayu lama berbentuk syair dan hikayat. Syair-syairnya antara lain Syair Si Banto Urai (1931) dan Syair Gul Bakawali (1936). Karya-karya yang berbentuk hikayat adalah Cerita Malin Deman dan Puteri Bungsu (1932), Cindue Mato (1951), Hikayat Si Miskin (1958), Hikayat Lima Tumenggung (1958). Selain itu, Aman juga menjadi penggagas dan menyelenggarakan penerbitan edisi Sejarah Melayu pada 1959.

Nagari Sirukam terletak di sisi timur Kabupaten Solok. Sepintas, Nagari yang didominasi hutan itu nyaris sama dengan daerah pinggiran lainnya di Kabupaten Solok. Jalan beraspal, namun tak terhitung entah berapa lubangnya. Sebuah potret miris dari kampung halaman seorang sastrawan besar Indonesia.

"Semasa hidupnya, Aman Dt Madjo Indo dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Beliau juga seorang guru mengaji, baik di rumah maupun di Surau," ungkap Dewi.

Aman pernah mengenyam pendidikan Kweekschool (Sekolah Raja) di Bukittinggi. Aman menamatkan HIS di Solok dan mendapat Diploma Klien Ambtenaar. Dengan diploma. Itu, tahun 1919, Aman menjadi guru di Kota Padang.

"Setahun kemudian beliau hijrah ke Jakarta dan bekerja di Balai Pustaka sebagai korektor selama lebih kurang 12 tahun dan akhirnya diangkat menjadi Redaktur pada tahun 1932 dan Direktur Penerbit Balai Pustaka, hingga pensiun," terang Dewi.

Tahun 1964, usai menunaikan ibadah haji bersama sang istri, Aman kembali ke kampung kelahiran sang istri di Jorong Gantiang, Nagari Sirukam Kabupaten Solok. Lima tahun di Sirukam, Aman kembali ke Jakarta.

"Namun sekembali beliau dari jakarta, tepat tanggal 6 Desember 1969 beliau menghembuskan nafas terakhir di Nagari Sirukam dan dimakamkan di samping kediaman beliau," cerita Dewi.

Aman Dt Madjoindo beristrikan Siti Djalisah dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Siti Damsiar. Aman dikaruniai 10 orang cucu dan juga banyak cicit. Salah satu cucunya adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar. Dari sekian banyak cicitnya, Boy Rafli Amar lah yang sering memberikan bantuan dan pembiayaan untuk perbaikan sarana di komplek ini.

Rumah yang merupakan kediaman Aman Dt Madjo Indo disulap menjadi gedung Sekolah bagi anak-anak Nagari sirukam. Di sekolah yang berdiri sejak tahun 2002 tersebut, saat ini ada lebih kurang 43 orang murid.

Di bagian dinding ruangan, tampak berjejer foto Aman Dt Madjo Indo, istri, anak, menantu dan juga cucu-cucunya. Sejumlah karya-karya buku karangan Aman juga tertata rapi menghiasi ruangan.

Menurut Dewi yang aktif mengajar sejak 2009 lalu, setiap murid hanya dikenakan biaya Rp 20 ribu perbulan. Itupun tidak seluruh anak yang membayar. Dari iuran itu, operasional TK dijalankan dan juga insentif bagi 3 orang guru.

"Kami juga memiliki anak asuh setiap tahun ajar, dan itu gratis agar pendidikan anak usia emas dapat merata," ujar Dewi didampingi guru lainnya.

Dewi dan rekannya juga berharap bisa memiliki sebuah pustaka yang bisa menjadi pusat ilmu pengetahuan bagi generasi muda yang ada di Nagari Sirukam. Termasuk untuk menampilkan karya-karya Aman Dt Madjo Indo.

"Beliau adalah Sosok, yang seharusnya bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda Kabupaten Solok dan Sumbar. Kapan lagi lahir generasi penulis dan sastrawan sekelas beliau dari Solok dan Sumbar," ujarnya.

Berbeda dengan karya-karyanya yang sangat populer, nama Aman Dt Madjo Indo seolah tenggelam di tanah kelahirannya. Sudah saatnya Pemkab Solok dan Pemprov Sumbar menghargai tokoh sastrawan yang populer di tingkat nasional ini. Salah satunya, dengan memasukkan karya-karya Aman Dt Madjo Indo ke pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah. (***)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment