News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Biodiesel Adalah Kita

Biodiesel Adalah Kita


Crude Palm Oil atau CPO bisa dijadikan bahan bakar minyak (BBM) nabati pengganti BBM fosil yang kandungannya di perut bumi semakin menipis dan diperkirakan akan habis dalam 2-3 dekade mendatang. Apalagi, BBM dari fosil mencemari lingkungan dan berbahaya untuk kesehatan, berbeda dengan minyak sawit yang sangat ramah lingkungan dan bisa terus diproduksi karena pohon kelapa sawit bisa terus ditanam (terbarukan/diperbarui).

Dibandingkan dengan fosil, minyak sawit jelas lebih murah dan lebih mudah diproduksi alias lebih hemat dan efisien, terutama jika teknologinya terus dikembangkan. Oleh karena itu, upaya penting dan mendesak yang harus dilakukan oleh pemerintah antara lain menerapkan regulasi pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) sesuai Permentan No 11/2015. Kemudian, harus pula ditindaklanjuti dengan penguatan kelembagaan hingga tingkat kabupaten basis produksi sawit utama. Didukung pula konsolidasi intensif kemitraan antara pekebun dan perusahaan dalam rangka transformasi untuk mewujudkan Sertifikat ISPO.

Bahkan, sebenarnya sertifikasi ISPO untuk pekebun dan perusahaan dengan target dan timeline yang terukur (ISPO baru mencapai 19,5% dari luasan tertanam) harus diakselerasi. Saat ini, luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14,309 juta ha dengan produksi minyak sawit 41,667 juta ton. Perkebunan sawit milik negara luasnya hanya 713.121 ha (5%) dengan produksi 2,507 juta ton (6%), sedangkan perkebunan rakyat mencapai 5,807 juta ha (41%) dengan produksi 14,010 juta ton (34%), dan perkebunan swasta seluas 7,788 juta ha (54%) dengan produksi 25,148 juta ton (60%). Sementara nilai ekspor CPO mencapai Rp 240 triliun (tahun 2018).

Berdasarkan data dari Palm Oil Analytics, pada 2016 Indonesia sudah di urutan pertama dunia dengan produksi CPO 34,520 juta ton. Urutan berikutnya adalah Malaysia dengan produksi 17,320 juta ton, jauh di bawahnya adalah Thailand (2,3 juta ton), kemudian Kolombia (1,28 juta ton), Nigeria (970.000 ton), Ekuador (560.000 ton), Honduras (545.000 ton), Papua Nugini (522.000 ton), Ghana (520.000 ton), dan Guatemala (515.000 ton).

Terlepas dari itu, sekalipun produksi dan ekspor CPO meningkat, masih terdapat sejumlah masalah, antara lain konflik lahan dan lingkungan, kualitas tanaman dan buah sawit, kualitas produksi dan harga sawit, ekspor dan kampanye negatif sawit. Kondisi tersebut mau tak mau harus menjadi alasan kuat bagi pemerintah untuk segera memulai pembenahan. Mulai dari tata kelola perkebunan kelapa sawit yang harus semakin ramah lingkungan dari hari ke hari, lalu percepatan peremajaan perkebunan sawit rakyat, pengembangan pasar ekspor di laur mitra dagang tradisional, melaksanakan hilirisasi industri sawit, dan implementasi program mandatori biodiesel B20 (bahan bakar hasil pencampuran 80% solar dengan 20% biodiesel berbahan dasar nabati/sawit).

Apalagi untuk program mandatori biodiesel, pemerintah harus benar-benar serius mewujudkannya karena dampaknya sangat bermanfaat untuk Indonesia (dimulai sejak Agustus 2015 sampai Oktober 2018). Di atas kertas, program tersebut akan mengurangi CO2 sebanyak 9,88 juta kiloliter, mengurangi greenhouse gas emissions (GHG) sebanyak 6,61 juta kiloliter. Selain itu, akan ada Rp 2,43 triliun pajak yang akan dibayarkan kepada negara, dan 2,77 miliar dolar AS penghematan devisa negara.

Sejatinya program mandatori biodiesel bertujuan meningkatkan pemanfaatan energi baru yang terbarukan. Pelaksanaan mandatori biodiesel juga membantu menciptakan lapangan kerja di sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Kebijakan tersebut pun serta merta akan meningkatkan demand terhadap CPO, membantu stabilisasi harga CPO, dan tentu akhirnya akan ikut meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

Saat ini saja, kapasitas terpasang industri biodiesel di Indonesia sudah mencapai 12.059.369 kiloliter (KL), sedangkan total investasi mencapai 1.200.336.369 dolar AS. Di Kalimantan kapasitasnya 1.262.356 KL, investasi 91.987.951 dolar AS; Sulawesi kapasitas 475.862 KL, investasi 32.620.407 dolar AS; Sumatera kapasitas 7.337.299 KL, investasi 721.909.824 dolar AS; dan di Jawa kapasitas 2.983.852 KL, investasi 353.818.187 dolar AS.

Berita bagusnya, setelah menerapkan B20, pemerintah berencana mengembangkan bahan bakar biofuel 100% (B100) atau biasa disebut Green Diesel dan Ethanol 100% (E100). Dengan kapasitas yang ada, produsen biodiesel dipastikan akan memenuhi kebutuhan itu karena kapasitas terpasang saat ini belum seluruhnya terpakai.

Saat ini, Indonesia memang bukan pemain terbesar biodiesel di pelataran global. Tapi dengan kebijakan yang serius dan konsisten, ke depan pelan-pelan Indonesia diyakini akan menyusul negara-negara pemain utama tersebut. Dari data 2017 menunjukkan, Amerika Serikat memproduksi biodiesel terbesar, mencapai 6 miliar liter, disusul Brasil (4,3 miliar liter), kemudian Jerman (3,5 miliar liter), Argentina (3,3 miliar liter), Indonesia (2,5 miliar liter), Prancis (2,3 miliar liter), Thailand (1,4 miliar liter), Spanyol (1,3 miliar liter), China (1 miliar liter), Polandia (1 miliar liter), Kolombia (600 juta liter), Kanada (500 juta liter), Belanda (400 juta liter), dan India (200 juta liter).

Tantangannya penerapan B20 memang tidak mudah, antara lain masalah rantai distribusi, terutama keterbatasan armada kapal pengangkut biodiesel. Selain itu, peningkatan teknologi dan kualitas dari biodiesel, peningkatan kualitas SDM dan mutu produk, inovasi iptek serta pemanfaatan hasil inovasi tersebut, juga pengaruh perdagangan global. Namun target yang telah ditetapkan diyakini sangat bisa tercapai dalam waktu tidak terlalu lama, karena kita memiliki lahan yang sangat luas, iklim yang mendukung, pusat pembibitan sawit terbaik, tenaga kerja yang cukup banyak dan mempunyai pengalaman, serta memiliki tenaga ahli dan teknologi yang mumpuni. Jadi, mari kita kawal bersama-sama. (***)

Nofi Candra, Anggota DPD/MPR RI

Artikel ini juga terbit di detik.com dengan judul: Biodiesel adalah Kita

https://m.detik.com/news/kolom/d-4686766/biodiesel-adalah-kita

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment