News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Angry Nursya, Kisah Petahana yang Gagal di Pileg Kota Solok 2019

Angry Nursya, Kisah Petahana yang Gagal di Pileg Kota Solok 2019


Cerita Petahana yang Gagal di Pileg Kota Solok 17 April 2019
* Angry Nursya: Ikhlas, Mahkamah Tuhan Paling Adil

Keberhasilan terpilih sebagai Anggota DPRD menyisakan ragam cerita suka. Kerja keras politik menemui klimaks layaknya cerita dongeng. Akhir yang bahagia. Dibumbui jitunya strategi, ketokohan, hingga kedekatan dengan masyarakat. Berbanding terbalik, kegagalan terpilih juga menyisakan cerita. Tak banyak yang bisa menerima kegagalan. Apalagi kalau berstatus sebagai petahana (incumbent). Menyerahkan kepada takdir, dan tidak larut dengan "kesedihan", dianggap sebagai pilihan terbaik, dan paling bijak. Hal ini menjadi pilihan bagi sejumlah petahana DPRD Kota Solok 2014-2019 yang gagal di Pileg 17 April 2019.

Laporan RIJAL ISLAMY, Solok

Sebanyak 17 orang dari 20 Anggota DPRD Kota Solok periode 2014-2019, kembali bertarung di kontestasi Pileg 17 April 2019. Hasilnya, sungguh di luar dugaan, hanya 9 petahana yang berhasil. Mereka adalah Yutris Can, Nasril In Dt Malintang Sutan dan Ramadhani Kirana Putra dari Partai Golkar. Bayu Kharisma dan Deni Nofri Pudung dari Partai Demokrat. Yoserizal dan Amrinof Dias dari Partai NasDem. Rusnaldi dari Partai Hanura dan Hendra Saputra dari Partai Bulan Bintang (PBB).

Sementara itu, petahana yang gagal mempertahankan keterpilihan adalah Nurnisma dari Partai Golkar, Afdal Yandi dari Partai Demokrat, Angry Nursya dan Jasri dari PAN, Herdiyulis dari PPP, Yosri Martin dan Dalius dari Partai Gerindra, serta Zulkarnain Raju dari PKPI.

Tiga petahana lain, memilih jalur berbeda. Yakni tidak maju di eskalasi Pileg DPRD Kota Solok. Daswippetra Dt Manjinjing Alam (PPP) dan Ilzan Sumarta (PKS), "naik kelas" ke eskalasi Pileg DPRD Sumbar dari Dapil 7 Solok Raya (Kota Solok, Kabupaten Solok, Solok Selatan). Sementara, Irman Yefri Adang (PAN), memilih tidak ikut bertarung di Pileg.

Dari 8 petahana yang gagal di Pileg DPRD Kota Solok 17 April 2019, kisah yang tersaji terasa sangat menyesakkan. Tidak banyak yang peduli. Ibarat pepatah Minang; "Maambiak contoh ka nan sudah, maambiak tuah ka nan manang" (mengambil contoh kepada yang telah pernah terjadi, mengambil tuah kepada yang menang), seakan tidak ada alasan untuk kekalahan dan kegagalan. Meski kekalahan kedelapan petahana tersebut hanya "kalah sapadi" atau kalah tipis.

Angry Nursya, merasa kekalahannya paling sesak. Pria yang lekat dengan panggilan "Ngelai" tersebut, meraih 857 suara atau kalah 21 suara dari kader eksternal PAN, Rusdi Saleh, yang meraih 878 suara. Lebih menyesakkan, jika memakai sistem seperti 2014, Ngelai seharusnya bisa meraih kursi kedua. Namun Pileg 2019 dengan aturan sistem Sainte Lague, dimana kursi kedua masuk ke bilangan pembagi tiga, suara lebih 3.000 yang diraih PAN di Dapil Lubuk Sikarah, kalah dibanding PBB yang meraih seribuan suara. Apalagi, data yang dimiliki Angry Nursya dari form C1, menunjukkan dirinya meraih 864 suara, berbanding 854 suara dibanding Rusdi Saleh.

"Sebagai ksatria, saya mengakui keunggulan Rusdi Saleh. Terlepas dari data yang saya miliki, sebagai orang beragama, saya melihat ini adalah kehendak Allah. Mungkin kali ini bukan rezeki saya. Tapi saya meyakini bahwa Allah maha adil, tentu ada rencana Allah yang lebih baik untuk saya, keluarga dan tim pemenangan," ujarnya.

Saat diumumkan dirinya meraih suara terbanyak kedua PAN di Dapil Lubuk Sikarah oleh KPU Kota Solok, Ngelai mengaku dirinya saat itu sedang berada di sebuah masjid di Bukittinggi. Mendapat kabar tersebut, Angry Nursya mengaku langsung sujud syukur dan menganggap ini adalah yang terbaik. Meski beberapa hari kemudian, dirinya bersama Tim Penasehat Hukumnya, sempat mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Namun setelah sampai di MK dan berkoordinasi dengan DPP PAN, Angry Nursya akhirnya memutuskan tidak melanjutkan gugatan.

"Setelah berfikir matang dan berdiskusi dengan keluarga, saya menghentikan segala upaya gugatan. Mahkamah Konstitusi tidak ada apa-apanya dibanding mahkamah Allah. Sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah berakhir baik. Saya cooling down. Menganggap ini adalah anugerah terbaik. Kita tidak pernah tahu rencana Allah. Saya meyakini, ada rencana Allah yang lebih baik ke depan," ujarnya.

Terkait rencana ke depan, Ngelai mengaku dirinya akan kembali ke "habitatnya" sebagai pedagang di Pasaraya Solok. Ngelai juga mengaku dirinya saat ini sedang merampungkan sebuah jenis usaha baru yang telah disiapkannya saat menjadi Anggota DPRD Kota Solok 2014-2019. Terkait posisinya di DPD PAN Kota Solok, Ngelai menegaskan dirinya adalah kader PAN dan akan tetap setia di PAN.

"Segala proses, adalah rangkaian ujian. Terutama ujian keikhlasan. Menang adalah ujian, apalagi kalah. Saya hargai kemenangan, dan berharap yang terbaik untuk yang menang," ujarnya.

Sebelumnya, keputusan Angry Nursya maju di pemilihan legislatif (Pileg) 2009 dan 2014, sempat menjadi pertanyaan di masyarakat Kota Solok. Pasalnya, secara ekonomi dan keluarga, Ngelai (sapaan Angry Nursya) merupakan salah satu pengusaha muda sukses di Kota Solok. Pertanyaannya, setelah berada di zona nyaman (comfort zone) tersebut, apalagi yang dicari oleh pemilik empat cabang usaha fashion tersebut di DPRD Kota Solok. Angry menyatakan dirinya ingin berbuat lebih banyak untuk masyarakat. Tidak hanya sekadar orang yang bekerja dan berhubungan secara bisnis dengannya.

Pada Pileg 2009, Angry Nursya maju menjadi caleg dari Partai Karya Pembangunan (Pakar Pangan). Saat itu, dirinya mendapatkan 285 suara. Jumlah yang terbilang besar, karena di partai lain, jumlah suara seratusan berhasil duduk di DPRD. Namun, suara Pakar Pangan secara keseluruhan tidak mencukupi untuk satu kursi di DPRD Kota Solok. Yang "menyakitkan", suara yang diraih Angry menempati rangking ke12. Namun kursi yang tersedia di Dapil Lubuk Sikarah hanya tersedia 11 kursi. Pada Pileg 2014, Angry kembali maju di bursa, dengan Partai Amanat Nasional (PAN). Ngelai berhasil meraih 481 suara dan berhasil duduk di DPRD Kota Solok. Kemenangan ini disambut suka cita oleh konstituennya, terutama pedagang di Pasaraya Solok. (***)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment