Supri Ardi Ajak Siswa SMA 1 Junjung Sirih Melek Digital, Cerdas Bermedia dan Cuan dari Dunia Maya
SOLOK - Suasana aula SMA Negeri 1 Junjung Sirih siang itu terasa berbeda. Puluhan siswa pengurus OSIS dan MPK duduk rapi, sebagian sibuk mencatat, sebagian lagi antusias mengangkat tangan bertanya. Di depan mereka berdiri sosok inspiratif: Supri Ardi, S.Kom., M.I.Kom, seorang ASN Disabilitas dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Solok yang dikenal aktif sebagai pegiat literasi digital dan edukator media sosial.
Kehadirannya bukan untuk menggurui, melainkan mengajak agar para pelajar belajar menjadi generasi digital yang cerdas, beretika, dan berdaya saing.
“Kemajuan teknologi adalah keniscayaan. Tapi kemajuan itu harus diimbangi dengan filter dari dalam diri, agar teknologi tidak berubah menjadi momok yang justru merusak,” ujar Supri membuka sesi dengan nada lembut namun tegas.
Dalam kegiatan bertajuk “Cerdas Bermedia Sosial dan Cuan di Era Digital 5.0”, Supri Ardi mengajak para siswa untuk tidak hanya menjadi pengguna pasif media sosial, tetapi juga produsen konten positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Menurutnya, gerakan literasi digital harus dijadikan gerakan bersama, bukan sekadar kegiatan seremonial. “Kalau mau meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Solok, kita sebagai pelajar harus ikut berpartisipasi mulai dari sekolah. Literasi digital adalah bagian penting dari peningkatan kualitas SDM,” jelasnya.
Supri menekankan bahwa dunia digital saat ini bukan hanya soal hiburan, tetapi juga tentang kesempatan ekonomi baru.
Dalam sesi praktek, ia bahkan mengajarkan langsung kepada siswa bagaimana cara membuat konten sederhana, menarik, dan bernilai jual termasuk cara memanfaatkan program afiliasi (affiliate program) dari berbagai marketplace untuk mendapatkan penghasilan dari dunia digital.
“Kalau dulu anak muda menunggu pekerjaan, sekarang anak muda bisa menciptakan peluang kerja dari ponselnya sendiri,” ujarnya disambut tepuk tangan para peserta.
Di sela-sela kegiatan, Supri juga mengingatkan pentingnya etika digital.
Kebebasan berpendapat di dunia maya, katanya, harus disertai tanggung jawab moral. Ia mengajak para siswa untuk tidak mudah menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, atau konten negatif.
“Cerdas bermedia sosial artinya mampu berpikir sebelum memposting. Setiap unggahan adalah cermin diri. Gunakan media sosial untuk menebar inspirasi, bukan provokasi,” pesannya.
Para siswa pun terlihat antusias. Beberapa dari mereka langsung mencoba membuat video pendek edukatif dengan ponsel mereka. Ada yang membuat konten promosi, bahkan ada yang mencoba menjelaskan cara jualan online sederhana. (PN-001)

Post a Comment