News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pilkada, Ujian Mempertahankan Integritas, Komitmen, Etika Moral dari Sisi Gelap Politik

Pilkada, Ujian Mempertahankan Integritas, Komitmen, Etika Moral dari Sisi Gelap Politik

Beda Pilihan Yutris Can dan Nasril In Dt Malintang Sutan di Pilkada Kota Solok 2024

Ujian Mempertahankan Integritas, Komitmen, Etika Moral dari Sisi Gelap Politik

Banyak luka yang bisa sembuh dengan rawatan waktu. Namun, meski sembuh, goresan luka terkadang menyisakan bekas seumur hidup. Bahkan, perih dan sakitnya bisa diwariskan ke generasi selanjutnya. Menjadi sejarah, pelajaran dan kewaspadaan yang dikisahkan secara turun-temurun. Apalagi, sayatan luka di dunia politik.

RIJAL ISLAMY, Kota Solok

Dua tokoh politik senior Kota Solok yang besar di Partai Golongan Karya (Golkar), Yutris Can, SE dan Nasril In Dt Malintang Sutan, SH, berbeda pilihan di kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solok 2024. Boris (sapaan Yutris Can), berada di barisan Cakada Kota Solok nomor urut 1, H. Nofi Candra, SE dan Leo Murphy, SH. Bahkan, Boris secara mengejutkan menerima "pinangan" menjadi Ketua Tim Pemenangan NC-LM. Sementara, Malintang (sapaan Nasril In), berada di "kubu" Paslon Dr. H. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM dan Suryadi Nurdal, SH.

Mengapa dua tokoh ini menjadi dua sosok sentral dalam kontestasi Pilkada Kota Solok 2024? Selain sama-sama terpilih sebagai legislator pada periode yang sama, yakni 2009-2014, 2014-2019 dan 2019-2024, keduanya juga sama-sama berasal dari Partai Golkar. Artinya, keduanya telah bersama dalam waktu yang sangat lama, dan "berpisah jalan" di kontestasi Pilkada Kota Solok 2024. Menariknya, dari 4 kontestan Pilkada 2024, tiga kandidat memiliki afiliasi dengan Partai Golkar.

Ramadhani Kirana Putra dua kali terpilih sebagai Anggota DPRD Kota Solok, periode 2014-2019 dan 2019-2024. Dhani mundur dari DPRD Kota Solok, saat mendampingi Zul Elfian Umar pada Pilkada Kota Solok 2020. Suryadi Nurdal pada masa Orde Baru pernah menjadi Ketua DPD Partai Golkar Kota Solok. Sementara, Leo Murphy saat ini adalah kader Partai Golkar Kota Solok. 

Namun, dalam dinamika politik terkini, Partai Golkar justru mengusung Ramadhani Kirana Putra dan Suryadi Nurdal sebagai Cawako-Cawako Solok, bukan Leo Murphy yang jelas-jelas adalah kader Partai Golkar. Meskipun, di Pilkada Kota Solok 2020, Ramadhani "melawan" keputusan Partai Golkar yang mengusung Yutris Can dan Irman Yefri Adang. Padahal, Ramadhani adalah Ketua Panitia Deklarasi Boris-Adang di Gedung Kubung Tigobaleh, Kota Solok sesaat sebelum Pilkada 2020. Bahkan, tak lama setelah Pilkada 2020, Ramadhani "menyeberang" ke Partai Nasional Demokrat (NasDem).

"Pilihan" Partai Golkar yang mengusung Dhani-Suryadi di Pilkada Kota Solok 2024, seakan membuka "kotak pandora" dan terbentuknya bola salju yang menggelinding kemana-mana. Memori, "drama" dan dinamika yang terjadi di Pilkada Kota Solok 2020, kembali diungkit-ungkit dan membuat "luka" politik kembali terasa nyeri. Apalagi, selain Yutris Can di sisi NC-LM, di sisi RDKP-SN, Ketua Tim Pemenangan adalah Fauzi Rusli, Sekretaris DPD Partai Golkar Kota Solok dan Ketua DPRD Kota Solok 2024-2029. Fauzi Rusli pada Pilkada 2020 lalu, adalah Sekretaris Tim Pemenangan Yutris Can-Irman Yefri Adang.

Yutris Can yang memilih "menepi" usai gagal di Pileg DPRD Kota Solok 14 Februari 2024, dan lebih fokus pada bisnis, ternyata kembali ditarik oleh "people power" (kekuatan massa) dari barisan NC-LM. Bahkan, Boris menjadi salah satu sosok yang ikut berjibaku melawan upaya "Kotak Kosong" yang coba dilakukan oleh RDKP-SN. Tampilnya Boris sebagai Ketua Tim Pemenangan NC-LM memberikan kekuatan luar biasa. Pasalnya, Yutris Can merupakan sosok yang sangat mengenal keempat kandidat yang akan bertarung di Pilkada Kota Solok 2024. 

Kisah dan memori lama pun kembali berpendar di masyarakat. Jejak digital terkait sejumlah komentar dan pernyataan Yutris Can dan Nasril In Dt Malintang Sutan pada Pilkada Kota Solok 2020 kembali diungkit. 

Yutris Can: Kita akan Diingat karena Komitmen, Integritas dan Etika Moral

Pada proses pencalonan Pilkada Kota Solok 2020, Yutris Can pernah mengisahkan, bahwa setelah Pilkada 17 April 2019 lalu, dirinya sudah bicara panjang lebar dengan Ramadhani. Saat itu, dirinya secara khusus meminta Ramadhani untuk maju di Pilkada 2020. Namun, saat itu, Ramadhani menyatakan tidak akan maju. Hal yang sama juga dilakukan kepada Ismael Koto. Boris menyatakan dirinya saat itu dirinya menawarkan Ismael juga memakai Partai Golkar. Demikian juga dengan Wakil Walikota Solok Reinier. Boris juga mengaku menemui khusus Reinier di sebuah masjid, tiga bulan setelah Pileg 2019. Bahkan, Walikota Zul Elfian jauh-jauh hari sebelumnya sudah menyatakan tidak akan maju di Pilkada Kota Solok. Di rumah Dinas Walikota Solok saat itu, menurut Boris, Zul Elfian bahkan menawarkan bantuan untuk pengurusan rekomendasi ke DPP NasDem.

"Partai Golkar sudah saya tawarkan kepada para tokoh Kota Solok. Baik di internal partai, maupun ke tokoh di eksternal Partai Golkar. Karena semuanya menolak, maka terpaksa 'kiper' yang maju. Artinya, saya sendiri yang maju," ungkapnya.

Meski begitu, Boris menegaskan kepada seluruh pengurus partai, kader, simpatisan, relawan dan masyarakat agar tidak saling menghujat, apalagi memfitnah. Menurutnya, siapapun yang mencalonkan diri di Pilkada Kota Solok adalah saudara. Boris menegaskan, hujatan dan fitnah tidak akan menaikkan pamor dan elektabilitas.

"Justru, jika kita yang dihujat dan difitnah, maka akan membuat kita semakin besar dan dewasa. Jangan goyah dengan guncangan. Jangan terjebak dengan manuver-manuver dan isu-isu serta propaganda. Tetaplah fokus menyampaikan program dan komitmen ke seluruh masyarakat Kota Solok. Kita akan diingat dengan komitmen, integritas dan etika moral. Bergerak dari rumah ke rumah. Jangan menyebar kejelekan dan kekurangan calon lain. Kita tidak akan besar dengan mengecilkan orang lain, justru kita akan besar dengan membesarkan orang lain," ungkapnya.

Nasril In Dt Malintang Sutan: Majunya Ramadhani Menunjukkan Sisi Gelap Politik

Sementara itu, Nasril In Dt Malintang Sutan, menyebut majunya Ramadhani Kirana Putra di Pilkada Kota Solok 2020, menunjukkan sisi gelap politik. Politisi senior Kota Solok yang sudah tiga periode di DPRD Kota Solok tersebut menegaskan, hal seperti ini tidak pernah diajarkan partai. Partai Golkar menurutnya senantiasa mengajarkan dan menanamkan solidaritas sesama anggota partai. Yakni, jika ada rekan sesama anggota partai yang ingin maju, maka akan didudukung dengan segala daya dan upaya.

"Tapi, apa yang terjadi? Ini adalah kekecewaan kami di internal Partai Golkar. Sebuah pembelajaran yang sama sekali tidak masuk akal," geramnya.

Nasril In yang juga tokoh adat dan niniak mamak tersebut, juga menyoroti kembali majunya Walikota Solok Zul Elfian di Pilkada 2020. Padahal, sudah menyatakan hanya maju satu periode. Menurut Nasril In, sebagai Walikota yang juga seorang ustadz, Zul Elfian adalah panutan bagi seluruh masyarakat.

"Jika orang yang menjadi panutan mengingkari janji, kepada siapa lagi kita harus mengambil pedoman. Ini contoh dan pembelajaran yang tidak elok bagi anak kemenakan kita. Generasi penerus kita harus dibekali dengan karakter, etika moral dan komitmen yang kuat," ungkapnya. (***)


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment