Epyardi Asda: Di Bawah Boleh Ribut, Kami di Atas Damai-Damai Saja
Edo Andrefson: Meski Sering "Diserang" Epyardi, Gubernur Mahyeldi Tetap Tenang dan Simpatik
SOLOK, PATRONNEWS.CO.ID - Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah dan Bupati Solok Epyardi Asda berjabat erat saat bertemu di Rumah Dinas Bupati Tanahdatar, Selasa (14/5/2024) sore.
Meskipun digadang-gadang sebagai kandidat kuat dalam Pilgub Sumbar 2024, baik Mahyeldi maupun Epyardi menunjukkan bahwa kepentingan masyarakat di atas kepentingan politik. Apalagi, Epyardi yang seakan ingin "ikut serta" dalam penanganan bencana di berbagai daerah di Sumbar, dalam upayanya menarik simpati untuk Pilgub Sumbar 2024. Meskipun Kabupaten Solok ikut terkena bencana longsor dan banjir, Epyardi tetap "road show" ke sejumlah daerah lain dengan membawa sejumlah pejabat Pemkab Solok.Momen keakraban ini pun menjadi sorotan para netizen di platform media sosial. Banyak yang mengapresiasi sikap kedua pemimpin tersebut yang mengutamakan kepentingan masyarakat di tengah situasi bencana. Keduanya tampak saling berjabat tangan dan bertukar senyum, menunjukkan keakraban dan kebersamaan mereka dalam menghadapi situasi sulit.
Direktur Eksekutif Sumatera Barat Leadership Forum (SBLF MyRiset), Edo Andrefson, menilai pertemuan tersebut menunjukkan kedewasaan politik Mahyeldi dan Epyardi. Ia juga mengapresiasi sikap Mahyeldi yang tetap tenang dan simpatik, meskipun sering diserang oleh Epyardi di media.
"Pertemuan ini menunjukkan kesan positif di tengah kesedihan masyarakat Sumbar yang dilanda bencana," kata Edo.
Seperti diketahui, saat ini sejumlah daerah di Sumbar dilanda bencana banjir bandang dan tanah longsor. Pertemuan Mahyeldi dan Epyardi menjadi bukti bahwa politik tidak selalu tentang perpecahan dan permusuhan.
Di tengah situasi sulit, para pemimpin ini menunjukkan bahwa mereka mampu bersatu untuk kepentingan rakyat.
Dalam video yang beredar luas di Medsos itu, Epyardi Asda justru mengeluarkan kata-kata yang cukup satir. "Di bawah boleh ribut, kami di atas damai-damai saja". Perkataan ini, oleh sejumlah pihak sebagai gaya politik Epyardi Asda untuk mengerahkan pendukungnya untuk "ribut", seperti yang terjadi di Kabupaten Solok selama ini. Sementara, dirinya "damai-damai" saja dengan kompetitor politiknya. (*/PN-001)
Post a Comment