News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Edo Andrefson: Kisruh di DPRD Solok dan Bukittinggi karena di-Endorse Andre Rosiade

Edo Andrefson: Kisruh di DPRD Solok dan Bukittinggi karena di-Endorse Andre Rosiade

SOLOK - Direktur Sumatera Barat Leadership Forum (SBLF), Edo Andrefson, menilai kekisruhan politik di Kabupaten Solok dan Kota Bukittinggi memiliki banyak kemiripan. Menurut Edo, kedua daerah tersebut sama-sama kepala daerah yang didukung oleh Partai Gerindra pada Pilkada 2020. Selain itu, di kedua daerah tersebut, Ketua DPRD atau partai pemenang Pileg 2019 adalah Partai Gerindra.

"Seharusnya, dengan sama-sama diusung oleh Partai Gerindra, yang artinya, eksekutif dan legislatif seharusnya ada kesejukan dan komitmen yang sama membangun daerah," ujarnya.

Di Kabupaten Solok, Edo Andrefson, PAN dan Gerindra tak akur, yang akhirnya menciptakan konflik. Bahkan, muncul mosi tak percaya yang menginginkan Ketua DPRD diganti. Hal itu, juga terjadi di Kota Bukittinggi. Ketua DPRD Herman Sofyan dinilai tidak mendukung penuh Walikota Erman Safar di Pilkada 2020. Akhirnya, Herman Sofyan diganti Benny Yusrial.

"Di Bukittinggi, Ketua DPRD-nya diganti. Sementara, di Kabupaten Solok, Gerindra justru pasang badan dan mendukung habis Dodi Hendra," ujarnya. 

Edo Andrefson menyebut, konflik menjadi meningkat karena di-endorse (didukung) oleh Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar, Andre Rosiade. Menurutnya, karena terlalu mencampuri urusan daerah, membuat parlemen di kedua daerah itu bermasalah.

Ricuh di DPRD Solok lalu berawal mosi tidak percaya 22 anggota DPRD kepada Ketua DPRD untuk diganti. Saat sidang, mayoritas anggota DPRD tidak menginginkan Dodi Hendra memimpin sidang. Fraksi Gerindra membela dan fraksi lain menolak, akhirnya keributan terjadi. Ini terjadi karena DPD Gerindra pasang badan untuk Dodi Hendra untuk tidak akan diganti. 

"Kalau lah, DPD Gerindra legowo, mengganti masalah ini tidak akan berlarut-larut, karena untuk apa mempertahankan Dodi Hendra yang kehilangan legitimasi mayoritas anggota, toh pengganti nya masih Aleg Gerindra," ungkapnya.

Di Bukittinggi, saat sidang lalu, interupsi Aleg Gerindra terhadap Ketua DPRD Bukittinggi yang notabene juga partai Gerindra, menolak sidang dipimpin Herman Sofyan. Interupsi penolakan itu ditolak mayoritas Aleg fraksi partai lainnya karena ingin tetap Herman Sofyan yang memimpin. 

"Kalau lah DPD Gerindra legowo tetap Herman Sofyan jadi ketua DPRD, konflik ini tidak akan terjadi," ungkapnya.

"Harusnya Andre Rosiade bisa menahan diri untuk tak terlalu jauh mencampuri Solok dan Bukittinggi. Andre semestinya bijak," imbuhnya. 

Sebelumnya, Sidang Paripurna DPRD Kabupaten Solok dengan agenda pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rabu (18/8/2021) berlangsung ricuh. Rapat Paripurna yang dihadiri Bupati Solok Capt. Epyardi Asda, M.Mar, Wakil Bupati Jon Firman Pandu, SH, Ketua DPRD Dodi Hendra, Wakil Ketua DPRD Ivoni Munir dan Lucki Efendi, Anggota DPRD, Kepala OPD Pemkab Solok dan stake holder terkait, serta undangan tersebut, sejumlah anggota DPRD nyaris terlibat baku hantam. 

Bahkan, emosi sejumlah anggota dewan terhormat itu semakin memuncak dan tak terkendali sehingga berujung terjadinya aksi saling dorong dan saling gertak. Asbak rokok yang terdapat diatas meja pun dibanting hingga pecah dan melayang ke lantai.

Di hari yang sama, Rapat Paripurna DPRD Kota Bukittinggi yang diikuti oleh Pimpinan Forkopimda berlangsung "panas" dengan adanya interupsi pergantian pimpinan sidang yang dilakukan anggota dewan dari fraksi Gerindra. Rapat sempat terhenti saat interupsi dilakukan anggota DPRD dari Fraksi Gerindra, Angga, yang meminta pimpinan sidang diganti karena menurutnya Ketua DPRD sudah berganti dari Herman Sofyan ke Benny Yusrial. (PN-001)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment