News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Orang Tua Antusias Sambut Hari Pertama Sekolah Tatap Muka di Solok

Orang Tua Antusias Sambut Hari Pertama Sekolah Tatap Muka di Solok

SOLOK - Setelah 8 bulan sejak sekolah ditutup akibat pandemi, sejumlah orangtua siswa antusias menyambut dimulainya sekolah tatap muka yang mulai digelar Senin (4/1). Aktivitas sekolah yang sudah lama dirindukan tersebut, khusus di Kabupaten Solok akan digelar pada 4 Januari, sesuai surat edaran Pemkab Solok nomor: 420/3231/Disdikpora-2020, tentang penyelenggaraan pembelajaran di satuan pendidikan PAUD, SD, MI, SMP, MTs, SMA, SMK, SLB dan satuan pendidikan non formal lainnya pada masa semester genap tahun pelajaran 2020/2021 di masa pandemi Covid-19. 

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Solok, Zulkisar mengatakan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan akan dilaksanakan melalui dua fase. Pertama yakni masa transisi yang berlangsung selama dua bulan sejak dimulainya pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan dengan melaksanakan pembagian rombongan belajar bergiliran (shift) dari jumlah siswa.

Pada masa ini, Zulkisar menyarankan agar pihak sekolah membentuk satuan tugas penanganan COVID-19 yang melibatkan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar berupa tim pembelajaran, psikososial, dan tata ruang, tim kesehatan, kebersihan, dan keamanan, tim pelatihan dan humas.

"Untuk pembagian jumlah siswa kami sudah koordinasikan dengan seluruh sekolah, dan ketentuan akan ditetapkan sekolah masing-masing. Kemudian, masa kebiasaan baru dengan melaksanakan 100 persen kehadiran siswa dan tidak melaksanakan kegiatan bergiliran (shift). Namun tetap melaksanakan kegiatan sesuai protokoler Covid-19," ungkapnya. 

Terkait prosedur pembelajaran tatap muka ini tetap mengutamakan sistem jaga jarak minimal 1,5 meter dan maksimal 18 peserta didik perkelas. Sedangkan untuk PAUD maksimal peserta didik lima orang perkelas. Untuk pembelajaran tersebut wajib seluruh guru dan siswa menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak minimal 1,5 meter dan tidak melakukan kontak fisik seperti bersalaman dan cium tangan. 

"Kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler tidak diperbolehkan di satuan pendidikan, tapi disarankan tetap melaksanakan aktivitas fisik di rumah selama masa transisi," ujarnya.

Zulkisar juga menambahkan tidak diperbolehkan adanya kegiatan selain pembelajaran di lingkungan satuan pendidikan, seperti orang tua menunggu peserta didik di satuan pendidikan, istirahat di luar kelas, pertemuan orang tua peserta didik, dan pengenalan lingkungan satuan pendidikan.

"Kami akan evaluasi proses PBM di sekolah ini, minimal sekali dalam dua minggu guna memastikan agar sekolah tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19," pungkasnya.

Sementara itu, Warga Nagari Kinari, Kecamatan Bukit Sundi, Yulri Harni (37), menyebut, momen sekolah tatap muka ini sudah lama ditunggu. Menurutnya, pembelajaran di rumah dinilai tidak terlalu efektif. Apalagi dalam 2 bulan terakhir, anak-anak juga sudah jenuh belajar di rumah. 

"Anak saya saat ini kelas 5 SD, dan awal-awal memang cukup rajin mengerjakan tugas dan belajar dirumah, tapi sekarang sepertinya mulai jenuh, dan cenderung lebih suka menghabisian waktu dengan bermain bersama temannya," ujarnya.

Orang tua lainnya, Eri (40) warga Nagari Jawi-Jawi Guguak, Kecamatan Gunung Talang, menyebut aktivitas sekolah sudah seharusnya digelar. Khususnya dalam sosialisasi protokol kesehatan pada anak, akan lebih efektif jika diterapkan di sekolah. 

"Jika guru yang bicara, mungkin anak akan lebih mudah mengerti, penerapan prokes di sekolah akan sangat bagus juga dalam mengedukasi anak," katanya. 

Tri Arsa (36), warga lainnya, yang memiliki anak kelas 6 SD, mengaku lega sekolah tatap muka bisa dimulai. Sebab saat ini anaknya menuju masa lulus SD dan butuh proses PBM seperti biasa untuk persiapan menuju sekolah menengah pertama. 

"Sejak jadwal kerja saya normal lagi pasca memasuki normal baru, maka saya tidak bisa lagi menemani Ia belajar dirumah, sedangkan suami saya juga kerja sampai sore hari juga," katanya. 

Maka itu, dalam 3 bulan terakhir, Ia terpaksa mengajari anaknya pada malam hari. Sedangkan si anak menurutnya tidak lagi memiliki antusias yang sama seperti awal masa pandemi ketika belajar di rumah. (PN-001)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment