News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menguas Pemenang Sebagai Sosok Luar Biasa Tanpa Cela

Menguas Pemenang Sebagai Sosok Luar Biasa Tanpa Cela

Sejarah, hanya milik pemenang. Tidak ada ruang bagi yang kalah untuk membela diri. Hasil, adalah tujuan utama, meski proses berjalan ibarat drama. Penuh intrik dan manuver yang tak berirama. Setelah hasil didapat, para penjilat mencoba mengambil peran. Menguas pemenang menjadi sosok tanpa cela. Berharap dianggap memberi peran terhadap kemenangan yang didapat.

Menunggu hari dan tinggal dilantik. Pasangan Zul Elfian, SH, M.Si dan Dr Ramadhani Kirana Putra, SE, MM, ditetapkan KPU Kota Solok sebagai pemenang Pilkada Kota Solok 9 Desember 2020, dalam Rapat Pleno Terbuka di Hotel Taufina Kota Solok, Sabtu (23/1/2021). Kegiatan itu, dihadiri Ketua KPU Kota Solok Asraf Danil bersama empat Komisioner KPU Kota Solok, yakni Ilham Eka Putra, Jonnedi, Arif Santoso, dan Susilawati.

"Penetapan Zul Elfian-Ramadhani tersebut tertuang dalam Keputusan KPU Kota Solok Nomor 3/PL.02.7-Kpt/1472/KPU-Kot/I/2021 tentang Penetapan Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Terpilih pada Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solok Tahun 2020 tertanggal, 23 Januari 2021," ungkap Asraf Danil. 

Asraf Danil mengungkapkan, Paslon Zul Elfian-Ramadhani dengan nomor urut 2 (dua) memperoleh sebanyak 12.920 (dua belas ribu sembilan ratus dua puluh) suara atau 35,22 persen (tiga lima koma dua puluh dua persen) dari suara yang sah, dengan partisipasi pemilih sebanyak 76,78 persen (tujuh puluh enam koma tujuh puluh delapan persen).

Zul Elfian, SH, M.Si - Dr. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM

Zul Elfian merupakan sosok birokrat dan pamong senior yang sangat disegani di Pemko Solok. Seluruh kariernya sebagai pegawai dihabiskan di Pemko Solok dengan silih berganti kepemimpinan Walikota Solok. Mulai dari Orde Baru, Orde Reformasi dan Pasca Reformasi. Zul Elfian menjadi pegawai yang memulai kariernya dari bawah. Sejak menjadi staf, kepala bidang, kepala bagian, kepala dinas, hingga terakhir menjadi Asisten Pemerintahan Pemko Solok. Pemerintahan adalah sebuah sistem birokrasi, sehingga yang dinilai paling layak memimpin adalah seorang dengan latar belakang birokrat. Statusnya sebagai Ustadz atau Buya, menjadi kelebihan lain bagi Zul Elfian yang membuat namanya begitu lekat di hati masyarakat.

Karena pemerintahan dilaksanakan secara bersama-sama oleh eksekutif (pemerintah) dan legislatif (DPRD), paduan Zul Elfian dan Ramadhani menjadi keunggulan yang tidak dimiliki Bapaslon lain di Pilkada Kota Solok 2020. Ramadhani Kirana Putra, menjadi sosok milenial yang namanya begitu lekat di hati masyarakat. Wajah rupawan, sikap sopan, tutur bahasa santun, dan sosok anak muda intelektual bergelar Doktor bidang ekonomi, membuat Ramadhani menjadi role model dan kesayangan bagi masyarakat. 

Menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa di Pasaraya Solok, Ramadhani tentu tahu persis bahwa Pasaraya Solok merupakan urat nadi perekonomian. Bukan hanya bagi masyarakat Kota Solok, tapi juga warga daerah lain di sekitarnya. Pilihannya meninggalkan zona nyaman sebagai Anggota DPRD Kota Solok dan berpeluang besar menjadi Ketua DPRD Kota Solok, karena Ketua DPRD Yutris Can maju di Pilkada 2020, membuat kiprah Ramadhani begitu ditunggu. Peraih suara terbanyak se-Kota Solok di Pileg 2019, makin menahbiskan dirinya sebagai anak muda enerjik dengan mimpi besar membangun daerah. 

Sesuai prediksi, Pilkada Kota Solok 2020 menyajikan pertarungan seru. Tidak hanya kapasitas dan kapabelitas para kandidat. Eskalasi yang melahirkan komposisi empat pasang kandidat, terbentuk secara unik. Penuh turbulensi dan manuver. Kontestasi menggiring seluruh kontestan ke "rumah jagal" politik. Ibarat partai final, hanya akan ada satu pasang pemenang. Tiga pasang lainnya, harus siap dengan konsekuensi. Melupakan karier politik, menjauh dari hingar-bingar, dan kembali ke khittah. Sebagai rakyat biasa. 

Pasangan Reinier, ST, MM - Andri Marant mendapatkan nomor urut 1. Keduanya diusung empat partai, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembamgunan (PPP), dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). dengan total lima kursi di DPRD dari masing-masing satu kursi dari PKPI, PDIP, PPP, dan dua kursi dari Gerindra.

Pasangan petahana, Zul Elfian, SH, M.Si -Dr. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM, mendapatkan nomor urut 2. Maju berbekal dukungan tiga partai pengusung yang menjadi jumlah dukungan kursi terbanyak di antara empat pasang Paslon yang bertarung di Pilkada Kota Solok 2020. Yakni, masing-masing dua kursi dari Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pasangan Ismael Koto, SH - Edi Candra, SH mendapatkan nomor urut 3. Dengan dukungan minimal, yakni syarat empat kursi di DPRD Kota Solok. Empat kursi tersebut didapat dari dua partai yang sama-sama memiliki dua kursi di DPRD Kota Solok. Yakni Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Pasangan Yutris Can, SE - Irman Yefri Adang, SH, MH, mendapatkan nomor urut 4. Pasangan ini diusung dua partai pemenang Pileg di Kota Solok. Yakni Partai Golongan Karya (Golkar) dengan tiga kursi dan Partai Demokrat dengan dua kursi. 

Pertarungan empat pasang kandidat di Pilkada Kota Solok 2020, sejatinya adalah laga klasik. Keempat pasang kandidat merupakan "wajah lama" yang sudah sangat dikenal masyarakat Kota Solok. Kelebihan dan kekurangan delapan figur tersebut begitu terang-benderang di otak warga kota. 

Meski jabatan Walikota-Wakil Walikota Solok diyakini hanya berperiode 2021-2024, perjuangan empat pasang kandidat untuk mendapatkan "tiket" maju di Pilkada 9 Desember 2020, tersaji sangat seru. Eskalasinya bergerak sangat dinamis dengan sejumlah turbulensi (hentakan) dan penuh manuver politik. 

Diawali dengan didapatnya SK Rekomendasi petahana Zul Elfian dari Partai Nasional Demokrat (NasDem). Padahal, jauh-jauh hari, Zul Elfian telah menyatakan diri tidak maju di Pilkada Kota Solok 2020. Sebelum rekomendasi tersebut keluar, Ismael Koto dan Edi Candra telah mempublikasi maju dengan "kendaraan" Gerindra dan NasDem. Hal ini terbukti dengan tersebarnya baliho dan alat peraga keduanya seantero Kota Solok.

Turbulensi berikutnya, jabatan Ismael Koto sebagai Ketua DPC Partai Geridra Kota Solok dicopot dan berpindah ke Dalius. Pencopotan itu, ternyata juga diikuti turunnya "mandat", yakni Rekomendasi DPP Gerindra untuk pasangan Reinier-Andri Maran, yang sebelumnya sudah mengantongi "mandat" dari PKPI, PDIP dan PPP. Di titik ini, berarti Ismael Koto-Edi Candra tidak bisa maju, karena "kendaraan" Parpol pengusung sudah "lepas".

Namun, Ismael Koto - Edi Candra akhirnya membuktikan kapasitasnya. Tanpa dukungan dari Partai Gerindra dan Partai NasDem sekalipun, keduanya tetap mampu mendapatkan kepercayaan partai lain untuk bertarung di Pilkada Kota Solok 2020. Yakni, dari Partai Bulan Bintang dan Partai Hanura, yang sama-sama memiliki dua kursi di DPRD Kota Solok. Artinya, dengan minimal syarat empat kursi, Iko-Edi berhak bertarung di Pilkada Kota Solok 2020.

Tak berhenti sampai di situ, turbulensi berlanjut dengan munculnya nama Ramadhani Kirana Putra, Anggota DPRD Kota Solok dari Partai Golkar. Peraih suara terbanyak di Pileg 2019 tersebut tampil mendampingi Zul Elfian, dengan dukungan Partai NasDem, PAN dan PKS. Didapatnya rekomendasi dari PAN, membuat pasangan Yutris Can - Irman Yefri Adang sempat syok. Pasalnya, Irman Yefri Adang merupakan kader PAN, tapi DPP PAN justru "lebih percaya" ke Zul Elfian dan Ramadhani. Alhasil, kemunculan Ramadhani, menciptakan multi turbulensi di kontestasi Pilkada Kota Solok.

Pasangan Yutris Can - Irman Yefri Adang, akhirnya mendapatkan "tiket" bertarung di Pilkada Kota Solok 2020, setelah mendapatkan SK Rekomendasi dari Partai Demokrat. Dukungan dari Partai Demokrat yang memiliki dua kursi di DPRD Kota Solok ini, melengkapi dukungan dari Partai Golkar yang memiliki tiga kursi.

Hasil Pilkada Kota Solok 9 Desember 2020 menggiring seluruh kontestan ke "rumah jagal" politik sejak tahapan Pilkada dimulai. Ibarat partai final, hanya ada satu pasang pemenang. Artinya, nasib tiga pasang Bapaslon lainnya yang kalah, bakal sangat tragis. Berulang kali, sejarah Pilkada dan Pileg di Kota Solok, tidak pernah memberi ruang terhadap pihak yang kalah.

Ibarat pameo yang melekat di benak masyarakat, terkena "kecelakaan politik", harus siap-siap mengulum tangis. Karena sejarah hanya untuk para pemenang, tidak ada ruang untuk yang kalah. Bagi yang kalah, harus siap dengan konsekuensi. Yakni melupakan karier politik, menjauh dari hingar-bingar, dan kembali ke khittah, sebagai rakyat biasa. 

Reinier mendapat kesempatan kedua pada Pilkada 2015. Sebelumnya, pada Pilkada 2010, Reinier maju sebagai Calon Walikota Solok dan berpasangan dengan Sabri Yusni, Wakil Walikota Solok 2000-2005. Saat itu, dari tujuh pasang kandidat yang bertarung, Reinier-Sabri menempati posisi ketujuh. Pemenang Pilkada 2010, dimenangkan oleh Irzal Ilyas - Zul Elfian. Kalah di Pilkada 2020, Reinier kemungkinan bakal "pindah jalur" ke legislatif tingkat Sumbar, atau kembali ke khittahnya sebagai pengusaha.

Zul Elfian, sudah dua kali ikut Pilkada Kota Solok dan dua kali menang. Yakni menjadi Wakil Irzal Ilyas di Pilkada 2010, dan didampingi oleh Reinier pada Pilkada 2015. Menang di Pilkada 9 Desember 2020, Zul Elfian menunda masa "pensiun" politik, bahkan ada kemungkinan naik kelas ke tingkat Sumbar di periode 2024. 

Bagi Ismael Koto, kalah di Pilkada 2020 yang merupakan kesempatan kedua baginya setelah yang pertama di 2015. Dunia bisnis sudah menunggunya dan menikmati hidup sebagai pensiunan yang fokus mengurus jaringan bisnisnya. 

Yutris Can, memang baru pertama kali tampil di pentas Pilkada Kota Solok. Namun, gagal di Pilkada Kota Solok 2020, Yutris Can, diyakini kuat bakal undur diri, dan memberikan kesempatan kepada generasi berikutnya di politik Kota Solok. Sebagai tokoh politik senior dan berpengaruh di Kota Solok, Yutris Can dikenal sebagai tokoh yang berpendirian keras. Tidak akan memaksakan sesuatu, jika generasi berikutnya juga menginginkan.

Nasib Para Calon Wawako

Pilkada 2020, menjadi pentas perdana bagi empat Cawawako Solok. Meski menjadi elemen yang sangat menentukan dalam menarik simpati pemilih, para Cawawako tidak bakal "menanggung" konsekuensi sebesar Cawako. Namun, kekalahan tentu saja tetap akan menjadi "dosa politik". Andri Marant, Ramadhani Kirana Putra, dan Edi Candra, dengan waktu yang masih "pagi" di politik diyakini tetap memiliki "kesempatan". Baik di legislatif maupun di pentas Pilkada selanjutnya. Namun, bagi Irman Yefri Adang, dengan label politisi senior, kalah di Pilkada 9 Desember 2020, membuatnya bakal "pensiun" dari politik dan fokus ke dunia bisnis.

Namun, bagi Ramadhani, kemenangan di Pilkada Kota Solok 9 Desember 2020, membuat namanya bakal kian meroket.  Sebab, Zul Elfian sudah dua periode memimpin Kota Solok dan tak bisa lagi maju di periode selanjutnya. Jika tetap piawai memainkan peran di ranah eksekutif, layaknya seperti legislatif dan organisasi kepemudaan sebelumnya, Ramadhani akan "dikader" untuk periode selanjutnya. 

Sesuai kodrat alam, di setiap kompetisi tidak semua elemen yang berada di barisan pemenangan adalah para pejuang sejati. Sejumlah elemen yang berada di pihak yang kalah telah menegaskan diri menjadi oposisi. Disinilah letak kepiawaian para kandidat merangkul semua elemen untuk sama-sama berjuang membangun Kota Solok. 

Namun, tidak sedikit pula yang bersikap seolah-olah menjadi bagian dari pemenangan. Dengan "menistakan" jagoan lamanya dan menguaskan pemenang sebagai sosok luar biasa dan tanpa cela. Tentu dengan berharap selentingan materi dan limpah kemurahan hati untuk jabatan dan fasilitas. Sembari menyatakan sikap siap mendukung penuh sang pemenang. Meski sejatinya akan senantiasa menjadi duri dalam daging dan akan pergi di saat kekuasaan tak lagi di tangan sang pemenang. Waalahualam bis sawab. (rijal islamy)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment