News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kisah Inspiratif Fauzi Wirman, Dari Ujung Jalan Tak Beraspal Merantau Berbekal Kain Sarung dan Sajadah

Kisah Inspiratif Fauzi Wirman, Dari Ujung Jalan Tak Beraspal Merantau Berbekal Kain Sarung dan Sajadah

Kisah Hidup Fauzi Wirman, From Zero to Hero
Dari Ujung Jalan Tak Beraspal, Merantau Berbekal Kain Sarung dan Sajadah

Di usia yang sangat muda, Fauzi Wirman, menjadi pengusaha sukses di bidang farmasi. Sebagai anak dari ujung jalan tak beraspal di Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Fauzi harus bekerja dengan ekstra keras. Kain sarung dan sajadah, menjadi kenangan yang terlupakan baginya memulai petualangan di Ibukota. Seperti apa Perjuangannya yang menginspirasi banyak orang?


Nagari Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar, berada di bagian paling ujung selatan Kabupaten Solok. Nagari ini di berbatas langsung dengan Kabupaten Solok Selatan. Bisa dibayangkan, sebagai daerah yang masuk kategori daerah tertinggal, Nagari Sungai Abu minim akses, minim fasilitas, apalagi teknologi. Akses jalan terdekat ke "keramaian" adalah Alahan Panjang. Namun untuk sampai ke wilayah "kota" Alahan Panjang, harus terlebih dahulu melewati Nagari Sariak Alahan Tigo, Talang Babungo di Kecamatan Hiliran Gumanti, dan Salimpek di Kecamatan Lembah Gumanti.

Nagari yang berpenduduk sekitar 3.000 jiwa ini, terdiri dari 5 Jorong. Yakni Sungai Batarak, Balai Garabak, Sungai Kaluang, Panasahan dan Lubuk Muaro. Mayoritas warga Sungai Abu bekerja di sektor pertanian yakni di kebun dan disawah. Penghasilan utamanya adalah karet, coklat, kulit manis, padi dan holtikultura.

Komunikasi dengan keluarga atau sejawat, bahkan masyarakat rantau, harus dilakukan dengan cara tradisional. Yakni mendatangi atau bertatap muka secara langsung. Jangan berfikir lebih "mengudara" karena di daerah ini tidak ada sinyal telekomunikasi. Akses whatsapp (WA), baru sekitar tiga bulan terakhir dinikmati. Jadi jangan berfikir, generasi muda di Sungai Abu adalah para anak muda yang akrab dengan gadget, apalagi menghabiskan waktunya dengan media sosial.

Bersama Ketua DPRD Kabupaten Solok Jon Firman Pandu.


Sedikit potret Nagari Sungai Abu saat ini, tentu memberi gambaran jelas bagaimana kondisi Sungai Abu di masa dulu. Tak perlu dijabar panjang lebar, bagaimana terkungkungnya nagari yang yang didominasi hutan tersebut dari dunia luar.

Ibarat mutiara yang berada di dasar lautan, tetap ada generasi muda dari Nagari Sungai Abu yang mampu survive (berjuang). Fauzi Wirman, anak muda kelahiran 4 Mei 1980, menjadi panutan dan sosok inspiratif bagi masyarakat Nagari Sungai Abu, bahkan masyarakat di daerah-daerah sekitarnya. Fauzi membuktikan, kesuksesan bisa diraih dengan semangat baja dan keberanian yang luar biasa.

Terlahir dari pasangan Adwir Said dan Jasminar, Fauzi Wirman memilih jalur hidup yang ekstrim. Kondisi daerah yang terpencil dan tertinggal, membuatnya berfikir ekstra keras untuk mengubah nasib. Keputusan penting tentang hidupnya dilakukan saat menamatkan SMA di Lembah Gumanti. Fauzi muda, memutuskan pergi merantau.

Saat keputusan merantau diambil, Fauzi dihadapkan pada masalah klasik. Yakni masalah dana. Namun, tekad kuatnya mengalahkan segala keterbatasan. Berbekal uang seadanya yang sejatinya hanya cukup untuk ongkos, Fauzi berangkat ke Jakarta dengan bus. Satu hal yang paling diingatnya, adalah saat itu, Fauzi membawa satu kain sarung dan satu sajadah. Kain sarung dan sajadah tersebut selain untuk shalat, juga sebagai penahan dingin di perjalanan ke Ibukota.

Sesampainya di Jakarta, Fauzi sempat kebingungan, karena tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Untuk bertahan hidup, Fauzi tanpa malu, menjadi penjual koran di lampu merah di pagi hingga menjelang siang. Saat siang, dirinya menjual air mineral di tempat yang sama. Tinggal menumpang di rumah penjual lontong, Fauzi beberapa waktu kemudian ikut membantu berjualan lontong. Hal ini, dilakukannya hampir selama dua tahun.



Peruntungannya berubah saat memiliki ide untuk berjualan peralatan medis dan alat-alat kedokteran di Kawasan Jalan Pramuka, Jakarta. Tidak memiliki modal, Fauzi menyiasatinya dengan cerdas. Fauzi memajang kardus-kardus yang sudah kosong. Saat ada pembeli, Fauzi langsung mencarikan ke tempat pedagang lain.

Dengan hubungan baik dengan para pedagang farmasi dan kokoh menjaga kepercayaan pelanggan, Fauzi lambat laun mulai memiliki modal. Singkat cerita, hidupnya berubah hingga menjadi pebisnis peralatan medis yang memiliki puluhan gudang dengan omzet miliaran rupiah.

Setelah sukses sebagai pengusaha di bidang farmasi, Fauzi Wirman tidak melupakan kampung halamannya. Melalui organisasi Perantau Sariak Sungai Abu Sepakat (Pessas) yang diketuainya, Fauzi Wirman melakukan pembinaan dan menyisihkan uangnya membantu masyarakat Sungai Abu dan sekitarnya.

Pemberdayaan dan pembinaan yang dilakukannya membuatnya mulai memikirkan untuk kemajuan daerah yang lebih luas. Fauzi mulai berfikir bagaimana memaksimalkan potensi yang dimiliki kawasan Kabupaten Solok bagian selatan. Seperti komoditas sayur-mayur, palawija dan hasil pertanian. Fauzi juga bercita-cita memaksimalkan potensi keindahan Kabupaten Solok secara luas dengan pembangunan bidang kepariwisataan.

Bersama pengusaha Kabupaten Solok, Maigus Tinus


Mulai masuk ke "percaturan" politik di Kabupaten Solok, Fauzi memandang politik sebagai sarana untuk membuat kehidupan masyarakat banyak lebih baik. Menurutnya, setiap kebijakan politis akan berefek langsung ke masyarakat. Sehingga, efek yang lebih luas bisa ditebar ke masyarakat dengan mengambil posisi operasional di eksekutif.

"Misalnya, tomat yang terbuang saat harga murah. Padahal seharusnya bisa menjadi peluang jika dijadikan barang jadi atau barang setengah jadi. Demikian juga dengan bawang, kentang, cabe dan komoditas lainnya. Sebagai sentra pertanian, Kabupaten Solok memiliki potensi luar biasa. Belum lagi di bidang pariwisata, keindahan Kabupaten Solok belum dipoles saja sudah ramai, apalagi kalau sudah dipoles. Intinya, tergantung komitmen dan perencanaan. Selama ini, ada perlambatan di Kabupaten Solok. Misalnya, untuk APBD, kita berkutat selama dua tahun di perencanaan. Ini harus dilakukan akselerasi," ujarnya.

Bersama Senator Sumbar 2014-2019, Nofi Candra.


Terkait tim sukses atau tim pemenangan, Fauzi memgungkapkan dirinya punya trik-trik jitu, sehingga tim tim sukses tidak lagi berorientasi proyek. Salah satunya, dengan mengarahkan tim untuk menerapkan pola-pola kerja.

"Tim sukses, setelah Pilkada selesai, harus tetap menjadi bagian penting menyukseskan kerja kepala daerah. Yakni dengan cara menerapkan pola-pola kerja dalam pembangunan daerah. Bukan lagi orientasinya proyek, tapi tetap bekerja agar hasilnya maksimal," ungkapnya.

Sebelumnya, Fauzi Wriman, membuat pernyataan mengejutkan, dengan menyatakan dirinya siap menjadi Wakil Bupati Solok 2020. Menurut Fauzi, pilihan menjadi orang nomor dua, didasarkan keinginannya untuk fokus bekerja untuk masyarakat Kabupaten Solok. Pilihan tidak menjadi orang nomor satu (BA 1 H), menurutnya karena dirinya

"Saya memilih untuk Wabup. Hal itu didasarkan pada perenungan dan pertimbangan panjang. Saya ingin fokus bekerja. Saya juga ingin membuktikan bahwa posisi Wabup bukan ban serap bagi bupati. Bahkan, saya bisa menegaskan siap dua periode jadi wakil bupati," ungkapnya.

Meski mengakui bukan orang politik dan tidak berada di birokrasi, pengusaha muda yang berdomisili di Jakarta Timur tersebut sejak lama sudah dikenal masyarakat Kabupaten Solok. Pasalnya, sebelumnya, dirinya dikenal sebagai salah satu tim sukses pasangan Syamsu Rahim-Desra Ediwan pada Pilkada Kabupaten Solok 2010 dan pasangan Desra Ediwan-Bachtul pada Pilbup Solok 2015.

"Saya orang pekerja, bukan orang politik. Sehingga, posisi Wabup saya rasa paling pas. Karena, saya ingin bekerja untuk masyarakat Kabupaten Solok. Motivasi saya hanya untuk bekerja," ungkapnya.

Temu ramah dengan insan pers Kabupaten Solok


Fauzi menyebutkan, dirinya akan fokus membenahi sektor pariwisata, pertanian dan ekonomi kerakyatan, jika diamanahkan menjadi Wakil Bupati Solok. Menurut pemilik SPBU di Alahan Panjang dan sejumlah perkebunan di Sungai Abu tersebut, Kabupaten Solok merupakan daerah yang kaya potensi. Namun, saat ini belum terkelola dengan baik.

"Saya pergi merantau ke ibukota dengan tanpa modal. Dari pengalaman yang memulai hidup dari bawah, saya banyak mndapatkan pelajaran. Bahwa hanya dengan bekerja keras lah, perubahan dan perbaikan hidup bisa didapatkan. Masyarakat Kabupaten Solok haus dengan pembangunan. Yang terpenting adalah, bagaimana menggerakkan masyarakat," ungkapnya.

Terkait calon Bupati yang akan didampingi, Fauzi menuturkan bahwa hingga saat ini dirinya sudah menjalin komunikasi dan kesepahaman dengan sejumlah kandidat.

"Pada waktunya nanti, akan kita umumkan. Kita harapkan komunikasi dan kesepahaman bisa kita dapatkan secepatnya," ujarnya. (rijal islamy)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment