Anggota DPRD Sumbar Diduga Provokasi Mahasiswa Turunkan Jokowi
PADANG - Sebuah video anggota DPRD Sumatera Barat (Sumbar), Hidayat dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), diduga melakukan provokasi pada mahasiswa untuk turunkan Jokowi, saat menerima mahasiswa Sumbar dalam demo pada Rabu (25/9/2019), beredar luas di media sosial. Bahkan, video tersebut menjadi viral dan banyak dibagikan di media sosial.Video singkat tersebut terekam saat Hidayat menantang mahasiswa untuk membuat rekomendasi turunkan Jokowi. Dalam video tersebut mahasiswa sempat merespon tantangan itu dengan bersorak beramai-ramai.
Namun, saat teriakan mahasiswa itu, seorang mahasiswa lain menginterupsi dan mengajak mahasiswa lainnya agar tidak terprovokasi. Mahasiswa yang tiba-tiba menyambar pengeras suara mengingatkan tujuan mereka di DPRD Sumbar dan tidak ada rencana menurunkan Jokowi.
Anggota DPRD Sumbar, Hidayat, yang ada dalam video tersebut, dikutip TribunPadang.com di Padang, Kamis (26/9/2019) siang, mengakui memang dirinya yang melontarkan pernyataan tersebut. Namun, Hidayat menjelaskan bahwa pernyataan itu sebatas upaya memancing apa yang diinginkan mahasiswa kala itu.
Bagaimana kronologis hingga pernyataan yang viral tersebut tiba-tiba muncul?
Hidayat menyampaikan kronologi bahwa sejak pagi dirinya sudah ada di gedung DPRD Sumbar. Apa yang menjadi tuntutan mahasiswa saat itu ditindaklanjuti DPRD Sumbar.
Kemudian ada gelombang massa dan pihaknya diminta menemui mahasiswa. Saat itu anggota dewan pun menemui gelombang mahasiswa yang ada di luar gedung. Kala itu Hidayat menuturkan sudah melihat ada aksi saling dorong antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Dirinya juga menerima utusan mahasiswa yang meminta dialog.
Setelah berkoordinasi dengan polisi apakah memungkinan bisa terjadi dialog, Hidayat dan beberapa anggota dewan lainnya menerima mahasiswa berdialog di ruang khusus 1. Saat itu disepakati dialog dengan 50 mahasiswa dan difasilitasi 4 orang anggota DPRD Sumbar
Dalam proses dialog tersebut, anggota dewan pun meminta agar disampaikan apa yang menjadi aspirasi mahasiswa. Dikatakan Hidayat, saat itu dialog tidak terjadi.
Hidayat menuturkan kalau dirinya bersepakat UU KPK ditangguhkan. Pengesahan RUU KHUP ditunda pembahasan. Begitu juga RUU Pertanahan dan Pemasyarakatan
"Sepakat kita waktu itu, tapi adik-adik mahasiswa tidak percaya. Sampai kami tawarkan opsi mari kita berangkat ke Jakarta," katanya.
Hidayat mengakui sudah menjelaskan bahwa wewenang DPRD Sumbar bukan membuat Undang-undang namun Perda. Saat dijelaskan mahasiswa pun melakukan interupsi. Saat itu Hidayat mengakui agak terpancing sehingga bertanya bagaimana kalau isunya turunkan Jokowi
"Saat itu saya tanyakan apalagi tuntutan adik-adik yang mesti kami fasilitasi. Ketika itu memang terpancing saya. Saya katakan bagaimana isunya menurunkan Jokowi. Itu memang benar saya yang katakan seperti itu," katanya.
Hidayat mengatakan kalimat itu muncul dan terlontar begitu saja. Kalimat itu sebagai upaya memancing apa yang sebenarnya diinginkan mahasiswa.
"Saya ingin tahu saja sebenarnya, apa sih sebetulnya yang diinginkan oleh adik-adik mahasiswa ini. Semua sudah kita fasilitasi, kita respon. Namun tidak dihargai, tidak dihormati," katanya.
Diakui Hidayat pernyataan itu terlontar pada saat yang tidak tepat. Dikatakannya, pernyataan itu tidak direncanakan sama sekali.
"Itu betul-betul tangung jawab saya selaku pribadi. Karena memang sudah memuncak juga, satu jam lebih kita layani tidak ada solusi," katanya.
Namun perlu diingat, lanjut Hidayat, sebelum pernyataan keluar, demonstran sudah masuk ruang paripurna dan lakukan perusakan.
"Jadi tak tepat juga, jika karena statement saya mereka brutal," katanya.
Hidayat menuturkan dirinya tidak ada niat memprovokasi mahasiswa dengan pernyataan yang sudah viral tersebut. Jika memang ada niat provokasi, lanjut Hidayat, momen yang dimanfaatkan adalah ketika menemui mahasiswa di luar gedung yang jumlahnya ribuan. Namun itu tidak dilakukan.
"Kita ingin tahu juga apa sesunguhnya tuntutan adik-adik mahasiswa karena seluruh tuntutan mereka sudah kita tindak lanjuti sesuai kewenangan DPRD. Terus apalagi. Saya coba pancing sebenarnya. Atau ini nggak agendanya, itu saya pancing," katanya.
Hidayat menuturkan sebagai anggota Fraksi Gerindra dirinya sadar pernyataan itu bisa saja dikaitkan dengan politik. Namun apa yang disampaikannya tidak didesain, namun menjadi tanggung jawab dirinya pribadi.
Nasrul Abit: Jangan Membuat Statement di Luar Koridor
Ketua DPD Gerindra Sumbar Nasrul Abit mengatakan dirinya belum bertemu dan berkoordinasi dengan kader Gerindra tersebut.
"Yang bersangkutan belum ada menemui saya. Saya pun belum melihat video itu.
Namun saya akan mempelajari lebih lanjut. Yang jelas, tidak ada provokasi dari kader Gerindra," jelas Nasrul Abit di bandara BIM, Kamis (26/9/2019).
Nasrul Abit juga menyebut, segala bentuk ucapan maupun tindakan yang dilakukan kadernya, jika keluar dari koridor akan diproses oleh DPP.
"Saya tidak menginginkan itu. Saya sudah sampaikan kepada seluruh kader Gerindra, kita jangan membuat statement ke luar dari koridor," ucap Nasrul Abit.
Nasrul Abit mengimbau, kepada seluruh kader Gerindra Sumbar, jangan membuat pernyataan yang memprovokasi.
"Ini nanti akan memanaskan suasana. Selama ini kondusif, jadi tidak kondusif karena ada provokasi. Kami meminta agar semua pihak menahan diri demi menjaga keamanan, kenyamanan, dan ketentraman bersama," tuturnya.
Sementara itu, mahasiswa yang viral dengan ajakan agar mahasiswa jangan terprovokasi dengan tantangan anggota DPRD Sumbar itu bernama Alfiandri, alumni jurusan Antropologi Universitas Andalas (Unand) angkatan 2011. Alfiandri membenarkan bahwa dirinyalah yang memprotes anggota DPRD Sumbar dalam video tersebut. Menurutnya, saat itu awalnya ada permintaan anggota DPRD Sumbar untuk konsolidasi dengan perwakilan mahasiswa sebanyak 50 mahasiswa. Dirinya tidak termasuk tim inti dari 50 perwakilan mahasiswa tersebut.
"Ada permintaan dari pejabat konsolidasi dengan 50 orang mahasiswa, saya tidak masuk tim inti, saya terobos aja ke dalam," kata Alfiandri, Kamis (26/9/2019).
Sewaktu masuk ke dalam ruangan, Alfriandri mengatakan diskusi belum berlangsung. Alfiandri pun mengikuti diskusi dari awal.
"Lalu, sampai seperti dalam video itu, seorang pejabat diminta bicara oleh perwakilan mahasiswa. Sampai saya memprotes seperti itu," jelasnya.
Alfiandri mengaku sudah menduga aksi tersebut akan diframing dari awal. Dirinya, berkaca dari aksi sebelumnya dan beberapa aksi di daerah lainnya. Sehingga membuat dia masuk ke ruangan tersebut dan memprotes anggota DPRD Sumbar.
Sanggahan ucapan 'turunkan Jokowi' dari anggota DPRD Sumbar tersebut, dilakukan Alfiandri karena khawatir aksi mereka ditunggangi.
"Aksi kita nasional, dari beberapa daerah saya lihat aksi ditunggangi. Makanya saya masuk ke dalam. Meskipun sudah menduga tidak membuat kita tidak ikut aksi. Karena gerakan nasional, kita ingin mengamankannya," kata Alfiandri.
Menurutnya, video tersebut diambil oleh seorang mahasiswi di ruang sidang DPRD lantai 2 sayap kanan. Alfiandri sendiri baru menyadari Kamis (26/9/2019) pagi, sebab banyak yang me-mention-nya di Instagram.
Alfiandri mengatakan, kejadian dalam video tersebut antara pukul 15.00 hingga 16.00 WIB. Dalam ruangan tersebut, ada sekitar 50 orang mahasiswa dari almamaternya, tampak kampus UNP, UNAND, UPI, dan organisasi lainnya. Alfiandri juga mengatakan, penghancuran ruangan DPRD terjadi saat konsolidasi dalam ruangan tersebut.
"Saya tidak tahu kejadian di luar. Tahu-tahu saya dari dalam ruangan, gedung itu sudah berantakan," kata Alfiandri. (*/PN-001)
Sumber: tribunpadang.com
Post a Comment