News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Epyardi Asda Mengeluh Sapi Bantuan Kurus, Ini Pejelasan Pemprov Sumbar

Epyardi Asda Mengeluh Sapi Bantuan Kurus, Ini Pejelasan Pemprov Sumbar

PADANG - Keluhan Bupati Epyardi Asda terhadap sapi bantuan ke Kelompok Peternak Chinangkiek Raya di Jorong Tampunik, Nagari Singkarak, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, yang disebut kurus kerempeng, akhirnya dijawab oleh Pemprov Sumbar. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumbar, Jasman Rizal, menegaskan bahwa sapi untuk calon indukan, memang sebaiknya tidak gemuk, karena akan sulit hamil. Terkait "tudingan" dan indikasi oleh Epyardi Asda bahwa ada "main mata" antara pihak Dinas Peternakan dengan rekanan, Jasman Rizal menegaskan bahwa pengadaan sapi tersebut telah sesuai dengan prosedur dan ketentuan.

"Pengadaan sapi telah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, sesuai spesifikasinya dan dilaksanakan melalui lelang terbuka. Adanya anggapan bahwa sapi yang diserahkan adalah sapi yang tidak berkualitas karena kurus, dapat dijelaskan bahwa sapi yang baik untuk calon indukan memang sebaiknya tidak gemuk karena akan sulit hamil," jelas Jasman dilansir dari antaranews.

Jasman juga menegaskan, tidak ada campur tangan dinas Peternakan dan Keswan, apalagi campur tangan Gubernur, Wakil Gubernur dan lain-lain dalam proses pelelangan apalagi menentukan pemenang lelang. Menurutnya, Dinas Peternakan dan Keswan Sumbar hanya menyiapkan spesifikasinya sesuai kebutuhan. Pengadaan itu juga bukan dimaksudkan untuk beli sapi bibit, tetapi sapi untuk dibudidayakan.

"Spesifikasi sapi bantuan itu adalah sapi lokal untuk menjadi indukan. Bisa sapi Bali, sapi Madura, sapi Pesisir ataupun sapi PO. Tinggi minimal 110 cm, umur maksimal i3 atau giginya sudah tumbuh tiga pasang, dan bunting atau tidak bunting. Khusus yang bunting diperiksa dengan USG. Sementara persyaratan tentang beratnya tidak ada, karena dibeli sapi betina untuk pengembangbiakan, bukan sapi jantan untuk penggemukan. Yang penting sapinya sehat dan mau makan," ujarnya.

Selain itu, Jasman menyebutkan, akibat proses pengiriman sapi, serta adanya perbedaan iklim dan perlakuan bisa membuat penyusutan bobot sapi. Disitulah kemudian tugas kelompok untuk merawatnya dengan baik hingga bobotnya bisa kembali normal, sehat, birahi, kawin lalu bunting dan melahirkan.

"Terkadang, dalam proses pengiriman ternak, misalnya dari pulau Jawa, juga bisa terjadi penyusutan berat badan ternak. Hal ini bisa dikarenakan stress dan atau perbedaan iklim. Sebelum dikirim ke kelompok masyarakat penerima, ternak itu dikarantina dulu selama 7 (tujuh) hari di “holding ground” lalu dilanjutkan lagi dengan perawatan oleh kelompok dan yang terpenting, Dinas Peternakan dan Keswan memberi garansi jika selama seminggu setelah diserahkan sapinya mati, akan diganti oleh penyedia. Sepanjang tahun 2021, Pemprov Sumbar melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memberikan bantuan pengembangan sapi lokal untuk 131 kelompok yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Sumbar, kecuali Kepulauan Mentawai, Kota Padang Panjang dan Kota Bukittinggi. Masing-masing kelompok mendapat 12 ekor sapi," ujar Jasman.

Dari jumlah itu ada sebanyak 51 kelompok yang menerima bantuan sapi jenis sapi "crossing" dengan jumlah bantuan 10 ekor sapi perkelompok.

"Lelang pengadaan sapi itu ada mekanismenya, ada aturannya, ada ketentuannya, ada dasar hukumnya dan bersifat sangat teknis yang dikerjakan oleh OPD terkait yang lebih memahami. Terlalu jauh dan tidak mungkin kalau hal itu diurus gubernur dan wakil gubernur," kata Jasman.

Jasman meminta kalau memang ada pihak-pihak lain menyebut atau menyeret-nyeret nama Gubernur dan Wakil Gubernur dalam proses lelang sapi tersebut, diharapkan kepada siapapun yang mendengar atau mengetahuinya, kiranya berkenan segera melaporkannya kepada Pemprov Sumbar atau pihak berwajib, karena hal itu tidak benar dan bersifat fitnah.

Epyardi Asda Minta Diusut Tuntas oleh Aparat Penegak Hukum

Kelompok Ternak Chinangkiek Raya di Jorong Tampunik, Nagari Singkarak, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, menerima bantuan sebanyak 12 ekor sapi dari dana aspirasi Anggota DPRD Sumbar, Sabtu (1/1/2022). Namun, kelompok ternak tersebut mengaku sangat kecewa, karena sapi-sapi tersebut dalam kondisi kurus kerempeng dan diduga masih muda. Para peternak berencana mengembalikan sapi ini ke Dinas Peternakan (Disnak) Sumbar.

Ketua Kelompok Ternak Chinangkiek Raya, Rip Efendi, menyebut kondisi 12 ekor sapi tersebut memiriskan. Menurutnya, sapi-sapi tersebut terlihat masih sangat muda dan badan ternak kurus kerempeng. Dikatakannya, ini sangat mengecewakan dirinya dan seluruh anggota kelompok. Karena sapi yang mereka terima tidak sesuai dengan espektasi dan informasi awal yang mereka terima. Dan sekarang tidak ada anggota kelompoknya yang mau menerima dan merawat sapi tersebut.

"Kami dulu diberi tahu, yang akan kami terima itu sapi indukan yang sudah siap disuntik hamil. Nyatanya yang kami terima cuma anak-anak sapi dan kondisinya juga sangat kurus. Sekarang anggota tidak ada yang mau merawat. Takutnya sapi ini mati, tentu balik kami lagi yang disalahkan. Rencananya sapi ini akan kami kembalikan saja," ujarnya.

Bupati Solok Epyardi Asda yang menerima informasi tersebut, mengaku sangat kecewa. Menurutnya, seharusnya pihak Dinas Peternakan Provinsi Sumbar memastikan kondisi ternak sebelum di distribusikan ke kelompok peternak. Jangan asal pekerjaan selesai saja. Epyardi mengindikasikan, ada main mata antara orang yang dipercaya Gubernur Sumbar dengan pihak rekanan. Epyardi meminta Gubernur, DPRD Provinsi Sumbar, dan aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas hal ini.

"Saya berharap hal-hal seperti ini menjadi perhatian bersama, jangan terjadi pembiaran. Karena saya menduga ada praktik korupsi dalam kasus ini. Masa iya sapi diantarkan sudah larut malam, dan peternak dipaksa menerima. Ada apa, kalau tidak ada maksud terselubung! Mereka kerja jangan asal bapak senang saja, terus masyarakat kami yang dikorbankan," tutur Epyardi.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Imran Shyahrial, seperti halnya Epyardi, ikut-ikutan geram dengan kejadian ini. Meski hanya dalam jabatan Plt dan tentunya sedikit banyak paham tentang seluk-beluk ternak, Imran justru menyebutkan, jika ini tak berjalan baik, tentunya kelompok penerima yang akan menjadi korban. Bahkan menurut Imran, persoalan bantuan ternak bagi kelompok tani cenderung bermasalah, namun yang selalu menanggung akibatnya adalah kelompok penerima. Imran menyatakan, dinas terkait di tingkat bawah selalu dijadikan kambing hitam dalam sisi pengawasan. 

"Yang selalu diuntungkan adalah pihak penyedia barang. Dalam pengadaan kali ini terlihat, sangat kontras ada permainan mutu barang. Di mana sapi-sapi yang didatangkan ini sudah dalam kondisi lemah dan kurus. Kita kasihan dengan masyarakat penerima yang selalu dirugikan, contohnya kelompok hari ini, sapi yang diserahkan dalam kondisi sangat memprihatinkan, kurus, lemah dan di ambang kematian," katanya.

Imran juga mengatakan, dirinya sangat miris dengan trik dan intrik yang dilakukan soal penyediaan ternak oleh Dinas Peternakan Pemprov Sumbar. Menurutnya hal ini tidak hanya terjadi pada pengadaan sapi, tapi juga pada pengadaan itik, kambing dan ternak lainnya. 

"Meski telah melalui tahapan dan spesifikasi yang ditetapkan, namun kondisi yang diserahkan kepada masyarakat tersebut yang hanya akan menambah beban bagi penerima. Kita sebagai lembaga pembina bagi kelompok masyarakat peternakan, saangat miris dengan trik dan intrik yang dilakukan soal penyediaan ternak. Saya merasa peternak kita hanya dijadikan sapi perahan dan korban bagi mereka," ujarnya, geram. (PN-001)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment